Dulu Dikira, Tapi Ah Ternyata .......

By argimargie   Posted at  Februari 08, 2016   Inspiration No comments



DULU DIKIRA yang keren itu kalau bisa melafadzkan hermes, chanel atau louis vuitton dengan benar..., TAPI ternyata apalah artinya saat gak bisa bedakan lafadz huruf hijaiyah 'da' dan 'dza', 'ta' dan 'tsa', juga 'sya' dan 'sha'..., apalagi sampai usia segini belum bisa ngaji tartil...

DULU DIKIRA yang keren itu kalo bisa naik pesawat melancong keluar negeri lalu foto2 di berbagai negara, napak tilas artis2 terkenal..., TAPI ternyata apalah artinya saat gak pernah mengunjungi Baitullaah dan Masjid Rasulullaah..., dan usia keburu habis tak bisa dikembalikan...

DULU DIKIRA yang keren itu kalau anak masih kecil bisa bahasa asing.. bhs inggris.., fasih nyanyiin lagu barat.., sehari2 tinggal di Indonesia dengan bahasa ibu bahasa asing..., TAPI ternyata apalah artinya saat ditanya siapa penciptanya bahkan anak gak bisa menyebut Allah dengan lantang...asing dengan doa sehari2 seolah gak pernah hidup untuk ibadah...

DULU DIKIRA yang keren itu kalau suami istri matching kemana2 serasi.., dandanan mesti maksimal.., TAPI ternyata apalah artinya jika gak jadi partner untuk perkara akhirat.., gak saling tolong dan menasihati dalam perkara agama.., lebih pentingkan penampilan dibanding hakikat suami istri yang sesungguhnya...

DULU DIKIRA yang keren itu kalau rumah bagus..ala rancangan arsitek yang kekinian.., TAPI ternyata apalah artinya jika yang paling dibenci adalah pengeluaran untuk pembangunan rumah2 secara mubazir.., apalagi jika di dalamnya tidak dipenuhi dengan ibadah dan jarang dibacakan ayat2 Allah...

DULU DIKIRA yang keren itu kalau toilet mewah dan closet duduk..ala hotel dan rumah orang berada..., TAPI ternyata apalah artinya jika itu berlawanan dengan perintah Nabi kita yang justru lebih tahu perkara yang baik bagi umatnya dunia akhirat.., dan sungguh toilet itu rumahnya setan...betah berlama2 disana artinya betah di rumah setan...


DULU DIKIRA yang keren itu kalau tahu table manners.. makan steak dgn pisau di kanan dan garpu di tangan kiri.., makan gorengan di tangan kanan dengan cabe rawit di tangan kiri pun perkara sepele yang salah tapi sering dikerjakan..., TAPI ah ternyata makan secara islami tidak mengajarkan demikian..., makanlah dengan tangan kanan karena yang makan dengan tangan kiri adalah setan...

DULU DIKIRA yang keren itu kalau weekend jalan2 dengan keluarga ke mall atau tempat rekreasi lainnya..harmonis...TAPI akankah berkumpul kelak di akhirat jika suami hanya mengajak istri dan keluarga pada hal2 keduniaan lupa pada hakikat hidup yang sebenarnya...suami bahkan tidak tahu jika selama ini istrinya belum tahu cara wudhu yg benar...!

DULU DIKIRA yang keren itu yang sekolah tinggi...dengan gelar sejembreng..., TAPI ah subhanallah..sekarang sudah terbukti satu persatu bahwa hal2 tersebut justru menjerumuskan pada keburukan dan kecacatan akidah..., 
Apalah artinya pengorbanan uang tenaga waktu jika yang didapat tidak bisa menyelamatkanmu dari adzab Allah..., malah dengan akal pemberian Rabbmu kau putar balik perintah2Nya menjadi sesuai hawa nafsumu sendiri...

DULU DIKIRA yang keren itu banyak lagi..., TAPI semua ternyata gak ada artinya jika tidak sejalan dengan perintah Allah dan RasulNya. Apalagi jika jelas2 bertentangan...

AH TERNYATA,
Dunia ini menipu .......
Dunia ini senda gurau belaka.
Segeralah menyerah pada Rabbmu,
Sebelum kau tertipu lebih banyak lagi

Share dari Prof. Djoko S Damardjati
9
Source : http://hilmanmuchsin.blogspot.co.id/2016/02/dulu-dikira-tapi-ah-ternyata.html

Adabul Insan : Pasal Ketujuh & Kedelapan

By argimargie   Posted at  Februari 03, 2016   Book No comments

KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Ketujuh: Adab Mengaji Ilmu.


Bermula wajib atas tiap-tiap mukalaf yakni akil baligh bahwa ia menuntut ilmu yang wajib yaitu ilmu sifat dua puluh dan ilmu rukun-rukun dan ilmu halal haram lantas ia beramal amalan yang wajib yaitu seperti sembahyang, puasa, dan qodo sembahyang jika ada qodonya. Maka jikalau ada tempo lagi beserta ada ongkos  maka hendaklah ia belajar ilmu, maka ia belajar fikih dan ilmu halal haram dari kitab-kitab yang kecil-kecil saja dahulu dan dia belajar pulalah seperti sorof dan nahu sekedar yang membantu mengertikan ilmu fikih,  maka jangan membaca sorof saja atau nahu bertahun-tahun padahal tiada membaca fikih. Maka misalnya seperti masakan yang tiada ada garamnya dan bumbunya, maka tiada tepungnya atau tiada berasnya maka tiadalah berguna dan jangan pula membaca ilmu usul yang dalam-dalam nanti dikhawatirkan goncang imannya dan jangan pula dipelajarkan segala masalah yang sulit-sulit dibuat bangga (untuk bangga-bangaan,pen) sekiranya jika tiada ada yang bisa jawab, maka kelihatanlah lebih ilmunya daripada yang lain-lain . Maka misalnya itu seperti ayam jago jika menang berkelahi memekarkan sayapnya, merah jenggernya, dan nyaring keruyuknya, maka sekalian kelakuan orang yang begitu terbenci di dalam aturan ulama. Dan lagi apakah keuntungannya di dalam yang demikian itu. Sebagai lagi jangan ia membaca kitab-kitab yang besar maka ditakuti bahwa nanti itu kitab ke barat ia ke timur adanya.



Pasal yang Kedelapan: Adab Kelakuan Guru yang Mengajar

Bermula syaratnya sekurang-kurangnya yaitu mesti ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang lagi ia mengajarkan dengan pelajarannya yang dari guru yang benar ajarannya dan syaratnya pula dengan sebagaimana pahamnya anak-anak muridnya sebegitulah ia mengajarkan mereka maka jangan ia mengeluarkan masalah yang sulit-sulit yaitu yang tiada dipaham oleh muridnya.
Maka bersaba-saba lah ia sekalipun anak muridnya itu berkata haya…haya…dengan tiada paham maknanya. Maka apalah gunanya melisankan sebanyak-banyaknya dikata oleh orang: oh guru si anu dia punya takrir kelewat dalam hingga tafsir bismillah saja dua hari tiada habisnya. Maka sebegitulah saja gunanya adanya. Tetapi sekalian itu bersalahan pada aturan kelakuan ulama dan syaratnya pula bahwa jangan segera menjawab pada suatu masalah melainkan jika telah sungguh-sungguh mengetahui akan jawabnya dan jangan mengajarkan dengan kitab-kitab yang besar yang ia\sendiri belum mengerti akan isinya, istimewa pula yang mendengar daripadanya  dan jangan berani mengajar tafsir Quran sebab terlalu banyak syaratnya yang  suci adanya pada ahli zaman sekarang ini di tanah jawa jua adanya.

Adabul Insan : Pasal Kelima & Keenam

By argimargie   Posted at  Februari 03, 2016   Book 1 comment


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi



Pasal yang Kelima: Adab Kelakuan Bapak Mengajar Anak-anak

Bermula terlebih fardhu atas bapak bahwa mengajarkan anaknya mengaji atau menyerahkan kepada guru yang betul ajarannya, maka setelah ia tammat maka diajarkannya ilmu yang wajib-wajib yaitu sifat dua puluh dan rukun-rukun dan diperintahkan dia membuat ibadah yang wajib dan menjauhkan segala yang haram dan diperintahkan dia bercampur kepada orang baik-baik supaya mendapat ikut kelakuan yang baik dan dicegahkan daripada bercampur kepada orang-orang jahat atau anak-anak yang tiada dapat ajaran sebab itu menarik pada perangai jahat dan dicegahkan pula daripada mengadu-ngadu seumpama jangkrik atau ayam atau kelapa, supaya jangan perangainya suka mengadu satu sama lain. Ditakuti nanti ia suka adu hadarah atau adu qiraat atau adu ilmu, maka kesudahannya itu menjadi kebinasaan dunia akhirat adanya.
Sebagai lagi hendaklah diajarkan dia memegang suatu pekerjaan pencaharian yang halal dengan aturan yang baik dan diajarkan dia berlaku dengan kelakuan yang tersebut di pasal-pasal kitab ini, maka dengan pengajaran yang tersebut ini diharap bahwa itu anak bolehlah ia menjadi orang baik-baik menyenangkan ayah bundanya.


Adapun anak-anak pun kurang hormat kepada orang tuanya atau dia punya kejahatan tingkah laku  atau perangai, maka sekalian itu terdapat dari sebab kurang pengajaran yang tersebut. Maka daripada itu jikalau dimaki padanya dikata pedas engkau kurang ajar dan syahdan dihikayatkan bahwa ada seorang datang mengadukan hal anaknya kepada satu pendeta (alim ulama, red) dengan katanya: bahwa anakku telah tabok mukaku . Berkata pendeta itu kepada orang itu: apakah engkau telah ajar anakmu mengaji? Maka berkata orang itu : belum. Maka berkata pendeta: apakah sudah itu anak bercampur pada orang baik-baik? Maka berkata orang itu: belum.  Maka berkata pendeta itu: apa saja pekerjaan anakmu itu? Maka berkata orang itu: hanya hamba suruh mengangon sapi, maka berkata pendeta itu: dari itu anak belum dapat membedakan antara kepala sapi dengan kepalamu.




Pasal yang Keenam: Adab Murid kepada Guru yang Mengajar Quran atau Imu Agama yang Betul Ajarannya sebagai yang tersebut di Pasal Kedelapan.

Bermula fardhu atas anak murid bahwa ia memberi hormat kepada gurunya sekalipun ajarannya itu dengan upah sebab segala kebajikan dunia akhirat yang anak murid dapat itu sebabnya dari lantaran gurunya punya ajaran dan punya pertunjukan, maka segala kebajikan itu tiadalah ada hingganya.  Maka sekedar hormat anak murid kepada gurunya sebegitulah ia dapat berkah ilmunya yakni gunanya di dunia dan akhirat.


Adapun orang yang tiada hormat kepada gurunya tiadalah dapat berkah ilmunya. Adapun orang yang berdengki pada gurunya atau membalas jahat kepadanya, maka itulah sehabis-habis jahat di dunia dan akhirat jua adanya.

Adabul Insan : Pasal Ketiga & Keempat

By argimargie   Posted at  Februari 03, 2016   Book 1 comment


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Ketiga: Adab orang Kecil Punya Kelakuan yang Patut Kepada Orang Besar

Bermula patut atas sekalian orang yang duduk di bawah teduh keadilan bahwa sekalian itu mesti ingat baik-baik akan keadilan punya kebajikan atas sekalian  dan patut sekalian akan menerima kasih (berterimakasih, pen) banyak dengan segala kehormatan atas keadilan punya kasihan memelihara akan kita sekalian hingga kita dapat segala kenangan atas kehidupan kita dan atas memelihara akan anak bini kita dan atas menjalankan agama kita dengan tiada ada yang berani menyakiti atas kita atau atas agama kita atau harta kita, maka sekalian itu dapat dari pemerintahan punya kekuatan dan punya menjalankan keadilannya atas rakyat sekalian adanya.
Adapun yang dikata orang yang menerima kasih yaitulah orang menuruti perintah negara serta menjauhkan segala larangan dengan kelakuan orang yang baik-baik yang terpuji di mata orang baik-baik, maka bukan ia orang yang cuma berkata terima kasih padahal ia melanggar perintah negara adanya.
Sebagai lagi orang yang tiada dapat ingat akan keadilan punya baik kepada anak-anak negeri, maka sekira-kiranya jikalau ia dapat tinggal di dalam suatu dusun yang tiada ada polisi di dalamnya, maka tentulah ia dapat takut atas jiwanya dan atas hartanya dan atas anak bininya dan apabila ia mendapat suatu kesusahan atau kegagahan daripada manusia, maka tiadalah ia dapat yang menolong akan dia, maka ketika itulah baru ia mengerti dan ia dapat ingat akan kesenangan orang-orang yang duduk di bawah teduh keadilan pemerintahan.
Adapun umpamanya itu seperti orang yang dapat kedatangan kemiskinan hingga melarat, ketika itulah ia dapat ingat kekayaan punya senang dan demikian pula sepertinya orang yang dapat sakit badan ketika itulah ia dapat ingat kesegarannya badan punya enak. Maka dari itu diketahui bahwasanya paling jahat manusia yaitu yang tiada berterima kasih kepada keadilan dengan melanggar larangannya atau perintahnya, maka patut dikata bahwa orang itu paling jahat sebab dia membalas jahat kepada yang membuat kebaikan kepadanya. Dan patut pula dikata akan orang itu paling bodo, sebab dia tarik kecelakaan atas dirinya sendiri adanya.
Sebagai lagi orang yang melanggar aturan negeri dengan sangkanya atau pikirannya yang pendek bahwa ia nanti boleh dapat suatu keuntungan bagi dirinya, maka sebenarnya itu dia mesti dapat kecelakaan atas dirinya maka upamanya itu ibarat seorang yang dilarang oleh yang memeliharakannya atas berjalan di dalam suatu jalan yang ada di dalamnya segala barang tajam dan segala lubang, maka  ia berjalan juga dengan sengaja hingga ia dapat luka dan jatuh di dalam lubang, maka semuanya itu dari karena dia punya salah sendiri melanggar larangan yang memeliharakan dia.



Pasal yang Keempat: Adab Orang yang Muda kepada Orang Tua.

Bermula sebagaimana terpuji membuat kehormatan yang muda kepada emak bapak dan kepada guru-guru, maka demikian pula terpuji membuat kehormatan kepada orang tua-tua yaitu dengan memuliakan memberi salam kepadanya dan memberi kelakuan yang baik kepadanya dan berduduk di sebelah bawah daripadanya dan berjalan di sebelah belakang daripadanya dan mendengar nasihatnya jika ia memberi nasihat dan jangan menjawab dengan perkataan yang kasar kepadanya dan jangan membawa tingkah laku ( terburu-buru, pen ) muda di hadapannya.


Adapun orang yang memberi hormat orang yang lebih tua daripadanya maka diharapkan panjang umurnya dengan mendapat segala kehormatan daripada orang-orang yang lebih muda daripadanya. Maka demikianlah yang sudah-sudah balasan Tuhan robbil alamin kepada hambaNya.

Adabul Insan : Pasal Pertama & Kedua

By argimargie   Posted at  Januari 27, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang pertama:  Adab Hamba kepada Tuhannya

Bermula setelah si hamba mengenal pada Tuhan rabbul alamin dengan segala sifatNya yang wajib yang dari pada itu bahwasanya Allah taala amat mengetahui dan amat melihat dan amat mendengar dan bahwasanya Allah ta ala berjanji memberi surga kepada hambanya yang mengerjakan perintahnNya lagi menjauhkan laranganNya. Dan berjanji menyiksa dengan api neraka atas yang meninggalkan perintahNya atau melanggar laranganNya, maka tentulah si hamba yang berimanitu mengerjakan segala yang wajib atasnya seupama mengaji, sembahyang, puasa, dan menjauhkan segala maksiat dan tentulah ia turut perjalanan orang baik-baik yang ada sebutannya di dalam pasal ini.








Pasal yang kedua:  Adab Anak-anak kepada ayah bundanya

Bermula telah tersebut di dalam Quran perintah Allah taala membuat ibadat kepadaNya dan membuat kebajikan kepada ayah bundanya dengan firman Allah taala: Wa’budulloh walatusyriku bihi syaia. Wabil walidaini ihsana. Artinya: sembah oleh kamu kepada Allah taala dan jangan kamu menyekutui Allah taala akan sesuatu dan pada ayah bunda kamu membuat kebajikan adanya. Maka dari ini dalil Quran diketahui akan wajib membuat kebajikan kepada ayah bunda dengan perintahnya Allah taala atas yang demikian itu.
Adapun artinya membuat kebajikan kepada ayah bunda yaitu mendengar kata keduanya dan merendahkan diri bagi keduanya dan jangan membalas dengan perkataan yang kasar atau dengan suara keras atau membentak-bentak pada keduanya dan jangan memasamkan muka pada keduanya dan seboleh-boleh si anak mengenakkan hati keduanya dengan sebagaimana kuasanya. Maka, apabila keduanya itu salah satunya tiada mampu mencari maka wajib atas si anak yang mampu bahwa ia membalas memberi nafkah bagi orang tuanya itu dengan sekedar mampunya sebagai lagi hendaklah senantiasa (waktu) bahwa si anak mengingat-ingat kecintaan ayah bunda padanya dari waktu diberanakkan hingga besarnya dengan beberapa capek keduanya dan bergadang senantiasa malam akan memeliharakannya dengan pula beberapa pengasihnya yang sudah dikasih kepada nya dari kecilnya hingga besarnya. Maka orang yang sudah merasai melihara anak, barulah ia dapat tahu bahwa ayah bundanya punya kebaikan kepadanya bukan sedikit adanya.

Sebagai lagi orang yang membuat kebajikan kepada ayah bundanya maka tentulah nanti ia dapat kebajikan dari anak buahnya. Dan demikian pula orang yang yang menyusahkan hati ayah bundanya maka tentulah ia nanti pun mendapat susah dari pada anak buahnya. Demikianlah yang sudah-sudah bahwa ia balas Tuhan kepada hambaNya adanya. Sebagai lagi orang yang membuat jahat kepada ayah bundanya  maka mudahlah atasnya membuat jahat kepada lainnya jua adanya.

Adabul Insan : Mukaddimah (Pembukaan)

By argimargie   Posted at  Januari 26, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN
Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi

Bismillaahi Rahmaanir Rahiim

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam.  Shalawat dan sejahtera atas nabi Muhammad dan atas keluarganya dan sahabatnya.  Wa ba’du.

Kemudian daripada itu,  maka di zaman sekarang ini, banyak orang  yang tiada pegang aturan orang-orang baik dan banyak yang tiada kenal adat kelakuan yang baik-baik. Maka dari itulah terbit segala kejahatan yang membinasakan diri dan membinasakan lain-lain dan menyusahkan hakim.
Adapun segala kejahatan itu maka sebabnya dari karena tiada dapat ajaran yang baik. Adapun ketidakadaan ajaran itu sebabnya dari karena kurang ongkos atau dari karena tiada sempat atau dari karena tiada ada tempat pelajaran.

Maka dari sebab itu, dikarang ini kitab yang ringan harganya dan kecil bukunya supaya ringkas ditaro di saku baju akan dibawa kemana-mana tempat kesenangan atau tempat pekerjaan buat dibaca di waktu berhenti kerja dibuat ganti dari omong yang tiada berguna dan juga ini kitab dengan bahasa melayu rendah supaya dipaham sembarang orang.

Maka diharap tiap-tiap orang yang mendapat ini kitab serta membaca padanya atau mendengar padanya, boleh ia masuk pada bilangan orang baik-baik adanya.

Bermula namanya ini  kitab: Adabul Insan artinya kelakuan yang terpuji bagi manusia yaitu kelakuan orang baik yakni kelakuan di dalam …hal ihwalnya yang akan tersebut di pasal-pasal yang akan datang.

Adapun artinya baik yaitu baik hatinya dan baik perbuatannya dan baik perangainya. Adapun yang dikata manusia yang bijaksana yaitulah yang pandai mendapat segala kebajikan yang halal bagi dirinya dengan selamat beserta pandai pula akan menjauhkan segala kejahatan atas dirinya. Keduanya itu dengan aturan yang panut.

Adapun yang dikata segala kebajikan bagi diri yaitu empat perkara: Pertama, keuntungan harta. Kedua, kesenangan badan. Ketiga, kesenangan hati. Keempat, kebaikan nama pada orang baik-baik.
Adapun yang dikata halal yaitu yang tiada dosanya pada Allah dan pada manusia. Adapun yang dikata selamat yaitu yang tiada melanggar agama dan tiada melanggar adat negeri. Sebab, melanggar keduanya ini menarik kejahatan atas diri.

Adapun yang segala kejahatan atas diri yaitu lima perkara: pertama, segala kesakitan atas badan. Kedua, segala kesusahan atas hati. Ketiga, segala kerugian atas harta. Keempat, terpaksa atas salah suatu tiga perkara ini. Kelima, kebusukan namaز

Maka, lima perkara kejahatan ini datangnya dari sebab melanggar percegahan agama atau melanggar pertegahan adat dari karena kurang pikiran yang baik sebab tiada dapat ajaran yang baik atau dari karena bercampur pada orang-orang yang jahat hingga ia menuruti kelakuan jahat. Maka dari karena itu, sangat ditegah bercampur pada orang-orang yang jahat adanya.

Adapun sebabnya kepandaian manusia yang sempurna buat mendapat segala kebajikan yang tersebut. Maka adalah itu sebabnya tiga perkara: pertama, dari sempurna akalnyayakni pikirannya yang baik. Kedua, dari ajaran guru -guru yang betul ajarannya dengan kitab-kitab yang ma’tamad .Ketiga, dari bercampur kepada orang baik-baik hingga ia dapat turut kelakuan baik. Maka dari itu digemarkan bercampur kepada mereka itu supaya boleh ia dapat segala kelakuan kawan yang baik adanya.


Bermula, di bawah inilah sebutan segala pasal-pasal menyatakan kelakuan yang baik.

Adabul Insan (Kelakuan Yang Terpuji Bagi Manusia)

By argimargie   Posted at  Januari 24, 2016   Book No comments

Alhamdulilah majlis ta'lim kecil-kecilan yang saya dan temen-temen laksanain kurang lebih tiga tahun ini masih berjalan. Walaupun masing-masing punya kesibukan baik dari kerjaan ataupun kuliahan, seenggaknya kita masih berusaha ngeluangin waktu tiap dua minggu sekali buat menuntut ilmu. Seiring waktu berjalan, emang makin terasa beratnya cobaan buat ngaji. Dimulai dari rasa males, capek dan seperti yang saya alamin tadi yaitu hujan deras yang mengguyur sekitaran kampung dari sore.

Baru sekarang ini kepikiran share isi dari kitab yang saya pelajari dari apa yang disampaikan oleh guru. Jadi sekarang kami sedang mempelajari kitab yang bernama Adabul Insan karangan Al-habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Waktu itu selepas habisin kitab Irsyadul Anam tentang Fiqih, sesuai masukan dari guru dan diskusi bareng temen-temen akhirnya kita pilih belajar soal Aqidah dan Akhlak. Dan guru rekomendasi kitab Adabul Insan ini yang ternyata harganya sangat-sangat diluar nalar saya. Pas sampe ke toko buku langganan langsung dapet ini kitab seharga Rp 2.500,-, emang tipis sih ngga tebel malahan cuma belasan halaman kira-kira. Tapi isi dari kitabnya berat euy buat dipraktekin dan dilakuin sehari-hari.

Adabul Insan artinya sesuai yang tertera di mukaddimah kitab yaitu Kelakuan Yang Terpuji Bagi Manusia. Karena perubahan zaman yang begitu cepet sekarang-sekarang ini, pastinya berpengaruh juga ke perilaku manusia yang ada dizamannya. Makanya demi menjaga harkat dan martabat????????.  Makanya saya setuju banget banget mempelajari kitab ini dan ketika yang punya toko bilang "tinggal sisa 5 biji bukunya mas" saya langsung bilang "yaudah gapapa bu saya ambil semua" padahal itu masih kurang buat dipake sama temen-temen waktu pengajian.

Talkin' bout Adab,, sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan latar belakang gen dari Jawa, saya rasanya ingin belajar sedikit demi sedikit soal salah satu amalan yang susah buat dilakuin dalam hidup. Seperti yang saya tahu istilah Jawa itu berarti moral dan moral dalam bahasa Arab berarti Akhlak. Nabi Ibrahim diutus Allah SWT sebagai salah satu nabi yang berakhlak mulia, lalu di penghujung masa kenabian dilanjutkan oleh Rasulullah saw. Ada ucapan Rasulullah yang kurang lebih begini "Aku datang tidak lain untuk menyempurnakan Akhlak" (maaf ngga hapal sanadnya). Maka saya ngga heran kenapa Nabi Muhammad menjadi manusia yang paling mulia sampe kapanpun. Sehari-hari jutaan atau mungkin miliaran orang dibumi ini menyebut namanya baik dalam azan, sholat ataupun sholawat.

Lantaran soal Akhlak inilah, The Most Figure Person in My World jadi manusia terbaik pilihan Allah SWT. Karena ngga gampang bahkan terbilang berat menjaga adab baik dari kelakuan ataupun lisan terhadap sesama manusia didunia yang sehari-hari dijalanin. Sebagai fansnya Rasulullah, saya berusaha belajar dan terus belajar mengenai akhlak ini. Jika dipersenkan Rasullullah memiliki 100% sebagai pemilik akhlak terbaik, maka saya berharap bisa dapat mengikuti minimal 0,000001% persen darinya. Insyaallah....

Nantinya isi dari kitab ini mudah-mudahan bisa diposting per pasal/bab setelah ditranslate dari huruf gundul berbahasa Arab Melayu ke Bahasa.
Connected

© 2009-2023 In My Weird Brain. WP Mythemeshop converted by Bloggertheme9.
Powered by Blogger.
back to top