Tampilkan postingan dengan label Book. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Book. Tampilkan semua postingan

Adabul Insan : Pasal Keenambelas & Ketujuhbelas

By argimargie   Posted at  Februari 25, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi



Pasal yang keenam belas: Adab Kelakuan Pukul Beduk

Bermula tiada agama perintah pukul beduk dan tiada ada beduk di negeri Arab. Maka yang dibuat memberi tahu pada orang-orang akan waktu sembahyang yaitulah adzan yakni bang.  Adapun itu beduk di tanah bawah angin (Indonesia: pen), dibuat bantuan adzan memberi tahu pada orang-orang yang jauh supaya mereka itu dapat tahu waktu sembahyang atau buka puasa atau waktu sehari.
Maka jika dipukul beduk itu dengan sekedar hajat saja, maka tiada agama larang melainkan jika dipukul lebih dari mesti (nya) hingga berkumpul kanak-kanak berganti-ganti pukul dibuat satu mainan hingga bahwa ia menjadi  suatu penggoda besar atas orang sakit atau yang hendak tidur . Maka dengan begitu rupa jadi tiada patut pada agama dan juga tiada patut pada adat negeri adanya.



Pasal yang Ketujuh belas:  Adab Aturan Membaca Qur’an atau Membaca Maulid

Bermula terlebih fardu atas kita menghormati Qur’an dengan menaro (menaruh)nya di tempat yang tinggi lagi yang suci lagi patut pada syar’i dan hendaklah dibaca Quran atau maulid dengan yang betul  hurufnya dan barisnya yaitu dengan tajwid dan jangan sekali-kali ada di situ orang minum, (me)rokok atau madat dan jangan bercerita (ngobrol, pen)karena sekalian itu menghilangkan hormat pada Qur’an atau pada Rosul. Dan juga menyalahkan (menyalahi, pen) perintah Allah Ta’ala.
Sebagai lagi, sunah mendengar Qur’an dengan khusu sekalipun yang mendengar itu tiada mengerti maknanya. Dan apabila ada yang salah baca, maka wajib ditegurkan dengan yang patut. Dan wajib atas yang baca salah itu bahwa ia menurut teguran yang benar dengan tiada marah.
Adapun aturan membaca maulid, maka yaitu yang tersebut  aturannya dan lagi dengan tiada pakai rebana(h) afdol. Dan jikalau  hendak juga pakai rebana karena niat menyatukan kawin, maka tiada tertegah, tetapi jangan dengan kelakuan orang bermain-main, maka yaitu menjadi bid’ah besar menghilangkan hormat kepada Rosulullah dan jangan sekali-kali dibaca maulid  di tempat yang ada mainan yang haram. Dan lagi di tempat yang ada makanan yang haram atau minuman yang haram, maka sekalian itu membuang agama dan bertambah dosa pada Allah Ta’ala dan pada RosulNya dengan menyebut nama keduanya di tempat larangannya.
Maka demikian pula dosa besar dan durhaka besar atas orang yang menyebut nama Allah Ta’ala dan nama RosulNya ketika menghadap pengantin perempuan ditonton oleh orang banyak, maka itu perbuatan orang yang membuang agama dan kurang iman pada Allah Ta’ala dan pada RosulNya. Maka, sekalian itu yang hadir di situ menjadi fasik.

Adapun ahli pengantin perempuan yang diarak itu atau yang duduk di atas pawadi (?) di depan rumah, ditonton oleh orang-orang kepadanya telah menjadi ‘dayyust’ yaitu yang tiada empunya cemburuan sekali-kali. Maka orang yang begitu tiada sah dibuat saksi adanya.

Adabul Insan : Pasal Keempatbelas & Kelimabelas

By argimargie   Posted at  Februari 15, 2016   Book No comments



KITAB  ADABUL INSAN

Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Keempatbelas: Adab Mengantar Jenazah yaitu Kurung Batang Orang Mati

Bermula sunah berjalan di hadapan jenazah dan di sampingnya dengan diam jangan bercerita satu sama lain melainkan masing-masing dengan kelakuan orang yang dapat kesusahan dan masing-masing beringat bahwa ia juga nanti dapat mati supaya ia boleh bertobat dari segala dosa dan tiada ada lagi niat hendak membuat kejahatan.
Sebagai lagi tiada sunah membaca tahlil dengan suara keras-keras di jalanan malahan itu menjadi suatu penontonan (tontonan, pen) pada lain bangsa melainkan jikalau ia hendak tahlil atau mendoakan mayit maka itu dengan pelahan-lahan saja.
  


Pasal  yang Kelima belas: Adab Puasa Bulan Ramadhan

Bermula wajib atas kita mengetahui lebih dahulu  di sini  aturan masuk keluar bulan dalam hukum agama. Bermula itu bulan Islam ada yang hari-harinya tiga puluh dan ada yang dua puluh sembilan maka tiada ada yang tiga puluh satu atau yang dua puluh delapan. Adapun aturan almanak yang dipakai buat menentukan tiap-tiap sehari bulan di dalam perkara dagang atau kawin, maka yaitu berganti satu bulan tiga puluh hari dan satu bulan dua puluh sembilan hari.
Tetapi, di dalam perkara puasa dan lebaran, maka agama tiada pakai itu almanak atau hisab palak buat menentukan sehari bulan dan juga agama tiada menentukan hari-harinya suatu bulan yang akan datang, melainkan yang agama pakai yaitulah wajib melihat bulan jua. Maka apabila kelihatan suatu bulan di dalam suatu malam, maka malam ketiga puluhnya jika dapat kelihatan bulan yang baru, maka ketiga inilah diketahui bahwa bulan yang telah lalu itu harinya dua puluh sembilan saja. Adapun jikalau malam tiga puluh itu tiada dapat kelihatan bulan yang baru itu dari sebab kecilnya atau sebab ketutup awan mega sekalipun bulan yang baru itu pada hisabnya sudah tinggi. Maka jika tiada kelihatan, maka wajib di malam itu dijadikan malam ketiga puluh bagi bulan yang lalu itu. Maka ketiga itulah  diketahui bahwa bulan itu hari-harinya genap tiga puluh hari, maka besok malamnya barulah agama pakai buat sehari bulan yang baru dan tiada perduli sekalipun  amat tinggi. Maka dari itu jikalau orang yang tiada mengerti perkara agama, maka ia sangka salah itu bulan sudah tinggi dibuat sehari bulan.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Adapun perkara penglihatan bulan, maka jikalau nampak di mata orang banyak, maka tiada ada bicaranya lagi di dalam ketentuannya. Adapun jikalau tiada nampak mata orang banyak maka tiba-tiba ada saksi yang mengaku dapat lihat bulan, maka syaratnya yang tersebut dalam kitab-kitab agama yaitu bahwasanya saksi itu syaratnya adil. Dan itu orang yang adil terlalu banyak syarat-syaratnya. Hal yang ada pada zaman sekarang ini dan juga syaratnya lagi, bahwa saksi-saksi itu dapat dipercaya oleh orang-orang padanya. Karena belum tahu mendusta dan syarat pula bahwa bulan itu sampai pada watas yang boleh dapat dilihat oleh orang-orang yaitulah yang dikata (makan?). Adapun jikalau tiada dapat kedua syarat-syarat yang akhir ini, maka ketolak saksi-saksi yang mengaku lihat bulan adanya.

Maka itulah yang tersebut di dalam kitab-kitab agama yang ma’tamad adanya. Adapun perkara aturan saksi-saksi punya melihat bulan maka lihat bulan, maka telah kami karang di dalam kitab bernama Taudihul Adillah adanya.

Adabul Insan : Pasal Kesebelas, Keduabelas & Ketigabelas

By argimargie   Posted at  Februari 14, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi

Pasal yang Kesebelas: Adab Pergi Sembahyang Hari Raya

Bermula sunah mandi dan memakai pakaian yang paling bagus yang harus dipakai dan yang harum. Adapun jikalau hari raya Syawal maka sunah makan sebelumnya pergi sembahyang dan jikalau hari raya haji maka sunah bersembahyang lebih dahulu dari makan dan sunah segera-segera sembahyang Ied keduanya itu kira-kira pukul tujuh lebih afdol dan juga mandi… luas waktu melebaran sesudahnya sembahyang Ied sebagai lagi tiada sunah berebut bersalaman pada khotib waktu turun dari mimbar atau cium pusarnya malahan itu bidah dan tiada sunah bercium satu sama lain.
Adapun bermaaf-mafan satu sama lain maka yaitu terpuji pada syar’i kapan saja masanya demikianlah adanya.



                                                                                                                                                           Pasal yang Keduabelas: Adab Pergi Menengok Orang Sakit

Bermula jikalau pergi kepada orang yang sakit maka jangan lama-lama duduk di tempatnya melainkan jika orang yang sakit itu minta ia lama duduk padanya dan jangan membawa cerita yang menakuti atau menjengkelkan kepada yang sakit itu atau menyusahkan hatinya dan sekalipun yang sakit sudah payah maka jangan kasi tampak padanya bahwa ia dekat mati dengan menangis di hadapannya atau minta maaf padanya.
Adapun sunah yaitu menyenangkan hati yang sakit dengan cerita-cerita menyenangkan hatinya dan mengharapkan sembuhnya. Adapun jikalau sangat payahnya maka dibacakan Surat Yassin dan Talkinkan di kupingnya laa ilaha illallah.      

                                                                                           

                                                                                                                           
Pasal yang Ketigabelas: Adab Pergi Melawat ke Rumah Orang yang Kematian

Bermula sunah membawa makanan yang matang atau sedekah kepada ahli mayyit dan menghiburkan hatinya dan mendoakan yang mati atau membacakan Quran dan tahlil sekalipun sebelumnya dimandikan mayyit itu maka jangan bercerita banyak atau mengocok-ocok banyak tertawa maka sekalian itu patut di rumah orang kawin maka bukan di rumah orang kesusahan kematian

Demikian pula orang perempuan yang datang ke rumah orang kematian maka tiada patut mengomong ribut-ribut atau tertawa dibuat seperti hari bumbu di rumah orang kawin maka sekalian itu menumbuhkan kesusahan hati ahli mayyit dan juga bersalahan yang demikian itu pada aturan syar’i adanya.

Adabul Insan : Pasal Kesembilan & Kesepuluh

By argimargie   Posted at  Februari 14, 2016   Book No comments

KITAB  ADABUL INSAN

Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi

Pasal yang Kesembilan: Adab Membuat Ibadah kepada Allah Ta’ala

Bermula ibadah yang paling afdal itu membuat sembahyang dan puasa dan membaca qur’an dengan tajwidnya dan dengan tiada pakai adu qiroati dan membaca istigfar dan tahlil yang betul hurufnya dan lafadznya yang betul. Maka bukan hail atau lahit lahit maka sekalian ini dosa besar. Dan sunah membaca solawat dan doa-doa dan dzikir-dzikir yang warid yang telah diamalkan oleh Rasulullah  SAW yaitu seupama yang ada sekalian itu di kitab miskailhoir  adanya.

Adapun perkara masuk tarekat sopiyyah seupama tarekat naqsabandiyyah atau lain-lain tarekat maka yaitu banyak syaratnya maka macam kita belum sampai di pinggir pagarnya maka barang yang dikerjakan oleh orang-orang zaman sekarang yang dinamakan tarekat maka yaitu jauh sekali-kali pada hal ihwal ulama tarekat yang benar. Istemewa pula jika ada niat akan mendapat suatu keuntungan seupama barang yang manis atau pangkat memerintah atau kesaktian atau menjadi keramat, maka dengan yang demikian ini patut dikasi nama tarik ikat adanya. Sebagai lagi sekalipun niatnya akan mendapat pahala dan mendapat pangkat tinggi di perkara agama, akan tetapi tiadalah suci yang demikian itu dari ujub dan tekebur melebihkan diri daripada orang-orang yang tiada masuk tarikat.

Dengan keliru yang telah disebut oleh ulama –ulama tarekat yang benar yaitu yang dinamakan magrur yaitu orang yang menyangka dirinya benar sendiri, padahal sebenarnya ia salah dan ia keliru adanya. Sebagai lagi barangsiapa hendak mengetahui akan hal ihwal tarekat lebih panjang dari ini, maka adalah itu pada kitab “An nasihat anikah” dan kitab “ Wasyikatul Wafiyyah” dengan segala dalilnya dan telah di sahihkannya oleh ulama mufti Mekkah. Adapun jikalau ada yang berkehendak pada yang lebih pendek, maka ada pula sebuah risalah yang pendek bernama Buku Kecil Perkara Tarekat jua adanya.




Pasal yang Kesepuluh:  Adab Pergi Sembahyang Jumat

Bermula lebih dahulu  sunah mandi dan berpakaian yang putih lagi bersih lagi harum dan apabila hendak masuk masjid maka setelah ia masuk kaki kanan beserta membaca doa masuk masjid. Maka setelah ia masuk ke dalam masjid maka berniat sunat iktikaf dan sunah bersembahyang dua rakaat tahiyatul masjid jika tiada atasnya qodo sembahyang. 

Adapun jikalau ada atasnya qodo, maka bersembahyang qodo seboleh-bolehnya, kemudian  maka ia duduk membaca surat Al Kahfi  dan salawat sebelumnya waktu kotbah  dan membaca ia dengan suara perlahan –lahan , maka apabila khotib membaca khotbah , maka jangan lagi membaca suatu apa-apa dan jangan cerita (ngobrol, pen) melainkan wajib masing-masing memasang kupingnya mendengarkan  khotbah.    

Sebagai lagi hendaklah imam jumat itu terlebih mengerti hukum sembahyang dan terlebih baik bacaannya dan tingkah lakunya dan terlebih bersih putih pakaiannya jua adanya. 


Adabul Insan : Pasal Ketujuh & Kedelapan

By argimargie   Posted at  Februari 03, 2016   Book No comments

KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Ketujuh: Adab Mengaji Ilmu.


Bermula wajib atas tiap-tiap mukalaf yakni akil baligh bahwa ia menuntut ilmu yang wajib yaitu ilmu sifat dua puluh dan ilmu rukun-rukun dan ilmu halal haram lantas ia beramal amalan yang wajib yaitu seperti sembahyang, puasa, dan qodo sembahyang jika ada qodonya. Maka jikalau ada tempo lagi beserta ada ongkos  maka hendaklah ia belajar ilmu, maka ia belajar fikih dan ilmu halal haram dari kitab-kitab yang kecil-kecil saja dahulu dan dia belajar pulalah seperti sorof dan nahu sekedar yang membantu mengertikan ilmu fikih,  maka jangan membaca sorof saja atau nahu bertahun-tahun padahal tiada membaca fikih. Maka misalnya seperti masakan yang tiada ada garamnya dan bumbunya, maka tiada tepungnya atau tiada berasnya maka tiadalah berguna dan jangan pula membaca ilmu usul yang dalam-dalam nanti dikhawatirkan goncang imannya dan jangan pula dipelajarkan segala masalah yang sulit-sulit dibuat bangga (untuk bangga-bangaan,pen) sekiranya jika tiada ada yang bisa jawab, maka kelihatanlah lebih ilmunya daripada yang lain-lain . Maka misalnya itu seperti ayam jago jika menang berkelahi memekarkan sayapnya, merah jenggernya, dan nyaring keruyuknya, maka sekalian kelakuan orang yang begitu terbenci di dalam aturan ulama. Dan lagi apakah keuntungannya di dalam yang demikian itu. Sebagai lagi jangan ia membaca kitab-kitab yang besar maka ditakuti bahwa nanti itu kitab ke barat ia ke timur adanya.



Pasal yang Kedelapan: Adab Kelakuan Guru yang Mengajar

Bermula syaratnya sekurang-kurangnya yaitu mesti ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang lagi ia mengajarkan dengan pelajarannya yang dari guru yang benar ajarannya dan syaratnya pula dengan sebagaimana pahamnya anak-anak muridnya sebegitulah ia mengajarkan mereka maka jangan ia mengeluarkan masalah yang sulit-sulit yaitu yang tiada dipaham oleh muridnya.
Maka bersaba-saba lah ia sekalipun anak muridnya itu berkata haya…haya…dengan tiada paham maknanya. Maka apalah gunanya melisankan sebanyak-banyaknya dikata oleh orang: oh guru si anu dia punya takrir kelewat dalam hingga tafsir bismillah saja dua hari tiada habisnya. Maka sebegitulah saja gunanya adanya. Tetapi sekalian itu bersalahan pada aturan kelakuan ulama dan syaratnya pula bahwa jangan segera menjawab pada suatu masalah melainkan jika telah sungguh-sungguh mengetahui akan jawabnya dan jangan mengajarkan dengan kitab-kitab yang besar yang ia\sendiri belum mengerti akan isinya, istimewa pula yang mendengar daripadanya  dan jangan berani mengajar tafsir Quran sebab terlalu banyak syaratnya yang  suci adanya pada ahli zaman sekarang ini di tanah jawa jua adanya.

Adabul Insan : Pasal Kelima & Keenam

By argimargie   Posted at  Februari 03, 2016   Book 1 comment


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi



Pasal yang Kelima: Adab Kelakuan Bapak Mengajar Anak-anak

Bermula terlebih fardhu atas bapak bahwa mengajarkan anaknya mengaji atau menyerahkan kepada guru yang betul ajarannya, maka setelah ia tammat maka diajarkannya ilmu yang wajib-wajib yaitu sifat dua puluh dan rukun-rukun dan diperintahkan dia membuat ibadah yang wajib dan menjauhkan segala yang haram dan diperintahkan dia bercampur kepada orang baik-baik supaya mendapat ikut kelakuan yang baik dan dicegahkan daripada bercampur kepada orang-orang jahat atau anak-anak yang tiada dapat ajaran sebab itu menarik pada perangai jahat dan dicegahkan pula daripada mengadu-ngadu seumpama jangkrik atau ayam atau kelapa, supaya jangan perangainya suka mengadu satu sama lain. Ditakuti nanti ia suka adu hadarah atau adu qiraat atau adu ilmu, maka kesudahannya itu menjadi kebinasaan dunia akhirat adanya.
Sebagai lagi hendaklah diajarkan dia memegang suatu pekerjaan pencaharian yang halal dengan aturan yang baik dan diajarkan dia berlaku dengan kelakuan yang tersebut di pasal-pasal kitab ini, maka dengan pengajaran yang tersebut ini diharap bahwa itu anak bolehlah ia menjadi orang baik-baik menyenangkan ayah bundanya.


Adapun anak-anak pun kurang hormat kepada orang tuanya atau dia punya kejahatan tingkah laku  atau perangai, maka sekalian itu terdapat dari sebab kurang pengajaran yang tersebut. Maka daripada itu jikalau dimaki padanya dikata pedas engkau kurang ajar dan syahdan dihikayatkan bahwa ada seorang datang mengadukan hal anaknya kepada satu pendeta (alim ulama, red) dengan katanya: bahwa anakku telah tabok mukaku . Berkata pendeta itu kepada orang itu: apakah engkau telah ajar anakmu mengaji? Maka berkata orang itu : belum. Maka berkata pendeta: apakah sudah itu anak bercampur pada orang baik-baik? Maka berkata orang itu: belum.  Maka berkata pendeta itu: apa saja pekerjaan anakmu itu? Maka berkata orang itu: hanya hamba suruh mengangon sapi, maka berkata pendeta itu: dari itu anak belum dapat membedakan antara kepala sapi dengan kepalamu.




Pasal yang Keenam: Adab Murid kepada Guru yang Mengajar Quran atau Imu Agama yang Betul Ajarannya sebagai yang tersebut di Pasal Kedelapan.

Bermula fardhu atas anak murid bahwa ia memberi hormat kepada gurunya sekalipun ajarannya itu dengan upah sebab segala kebajikan dunia akhirat yang anak murid dapat itu sebabnya dari lantaran gurunya punya ajaran dan punya pertunjukan, maka segala kebajikan itu tiadalah ada hingganya.  Maka sekedar hormat anak murid kepada gurunya sebegitulah ia dapat berkah ilmunya yakni gunanya di dunia dan akhirat.


Adapun orang yang tiada hormat kepada gurunya tiadalah dapat berkah ilmunya. Adapun orang yang berdengki pada gurunya atau membalas jahat kepadanya, maka itulah sehabis-habis jahat di dunia dan akhirat jua adanya.

Adabul Insan : Pasal Ketiga & Keempat

By argimargie   Posted at  Februari 03, 2016   Book 1 comment


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Ketiga: Adab orang Kecil Punya Kelakuan yang Patut Kepada Orang Besar

Bermula patut atas sekalian orang yang duduk di bawah teduh keadilan bahwa sekalian itu mesti ingat baik-baik akan keadilan punya kebajikan atas sekalian  dan patut sekalian akan menerima kasih (berterimakasih, pen) banyak dengan segala kehormatan atas keadilan punya kasihan memelihara akan kita sekalian hingga kita dapat segala kenangan atas kehidupan kita dan atas memelihara akan anak bini kita dan atas menjalankan agama kita dengan tiada ada yang berani menyakiti atas kita atau atas agama kita atau harta kita, maka sekalian itu dapat dari pemerintahan punya kekuatan dan punya menjalankan keadilannya atas rakyat sekalian adanya.
Adapun yang dikata orang yang menerima kasih yaitulah orang menuruti perintah negara serta menjauhkan segala larangan dengan kelakuan orang yang baik-baik yang terpuji di mata orang baik-baik, maka bukan ia orang yang cuma berkata terima kasih padahal ia melanggar perintah negara adanya.
Sebagai lagi orang yang tiada dapat ingat akan keadilan punya baik kepada anak-anak negeri, maka sekira-kiranya jikalau ia dapat tinggal di dalam suatu dusun yang tiada ada polisi di dalamnya, maka tentulah ia dapat takut atas jiwanya dan atas hartanya dan atas anak bininya dan apabila ia mendapat suatu kesusahan atau kegagahan daripada manusia, maka tiadalah ia dapat yang menolong akan dia, maka ketika itulah baru ia mengerti dan ia dapat ingat akan kesenangan orang-orang yang duduk di bawah teduh keadilan pemerintahan.
Adapun umpamanya itu seperti orang yang dapat kedatangan kemiskinan hingga melarat, ketika itulah ia dapat ingat kekayaan punya senang dan demikian pula sepertinya orang yang dapat sakit badan ketika itulah ia dapat ingat kesegarannya badan punya enak. Maka dari itu diketahui bahwasanya paling jahat manusia yaitu yang tiada berterima kasih kepada keadilan dengan melanggar larangannya atau perintahnya, maka patut dikata bahwa orang itu paling jahat sebab dia membalas jahat kepada yang membuat kebaikan kepadanya. Dan patut pula dikata akan orang itu paling bodo, sebab dia tarik kecelakaan atas dirinya sendiri adanya.
Sebagai lagi orang yang melanggar aturan negeri dengan sangkanya atau pikirannya yang pendek bahwa ia nanti boleh dapat suatu keuntungan bagi dirinya, maka sebenarnya itu dia mesti dapat kecelakaan atas dirinya maka upamanya itu ibarat seorang yang dilarang oleh yang memeliharakannya atas berjalan di dalam suatu jalan yang ada di dalamnya segala barang tajam dan segala lubang, maka  ia berjalan juga dengan sengaja hingga ia dapat luka dan jatuh di dalam lubang, maka semuanya itu dari karena dia punya salah sendiri melanggar larangan yang memeliharakan dia.



Pasal yang Keempat: Adab Orang yang Muda kepada Orang Tua.

Bermula sebagaimana terpuji membuat kehormatan yang muda kepada emak bapak dan kepada guru-guru, maka demikian pula terpuji membuat kehormatan kepada orang tua-tua yaitu dengan memuliakan memberi salam kepadanya dan memberi kelakuan yang baik kepadanya dan berduduk di sebelah bawah daripadanya dan berjalan di sebelah belakang daripadanya dan mendengar nasihatnya jika ia memberi nasihat dan jangan menjawab dengan perkataan yang kasar kepadanya dan jangan membawa tingkah laku ( terburu-buru, pen ) muda di hadapannya.


Adapun orang yang memberi hormat orang yang lebih tua daripadanya maka diharapkan panjang umurnya dengan mendapat segala kehormatan daripada orang-orang yang lebih muda daripadanya. Maka demikianlah yang sudah-sudah balasan Tuhan robbil alamin kepada hambaNya.

Adabul Insan : Pasal Pertama & Kedua

By argimargie   Posted at  Januari 27, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang pertama:  Adab Hamba kepada Tuhannya

Bermula setelah si hamba mengenal pada Tuhan rabbul alamin dengan segala sifatNya yang wajib yang dari pada itu bahwasanya Allah taala amat mengetahui dan amat melihat dan amat mendengar dan bahwasanya Allah ta ala berjanji memberi surga kepada hambanya yang mengerjakan perintahnNya lagi menjauhkan laranganNya. Dan berjanji menyiksa dengan api neraka atas yang meninggalkan perintahNya atau melanggar laranganNya, maka tentulah si hamba yang berimanitu mengerjakan segala yang wajib atasnya seupama mengaji, sembahyang, puasa, dan menjauhkan segala maksiat dan tentulah ia turut perjalanan orang baik-baik yang ada sebutannya di dalam pasal ini.








Pasal yang kedua:  Adab Anak-anak kepada ayah bundanya

Bermula telah tersebut di dalam Quran perintah Allah taala membuat ibadat kepadaNya dan membuat kebajikan kepada ayah bundanya dengan firman Allah taala: Wa’budulloh walatusyriku bihi syaia. Wabil walidaini ihsana. Artinya: sembah oleh kamu kepada Allah taala dan jangan kamu menyekutui Allah taala akan sesuatu dan pada ayah bunda kamu membuat kebajikan adanya. Maka dari ini dalil Quran diketahui akan wajib membuat kebajikan kepada ayah bunda dengan perintahnya Allah taala atas yang demikian itu.
Adapun artinya membuat kebajikan kepada ayah bunda yaitu mendengar kata keduanya dan merendahkan diri bagi keduanya dan jangan membalas dengan perkataan yang kasar atau dengan suara keras atau membentak-bentak pada keduanya dan jangan memasamkan muka pada keduanya dan seboleh-boleh si anak mengenakkan hati keduanya dengan sebagaimana kuasanya. Maka, apabila keduanya itu salah satunya tiada mampu mencari maka wajib atas si anak yang mampu bahwa ia membalas memberi nafkah bagi orang tuanya itu dengan sekedar mampunya sebagai lagi hendaklah senantiasa (waktu) bahwa si anak mengingat-ingat kecintaan ayah bunda padanya dari waktu diberanakkan hingga besarnya dengan beberapa capek keduanya dan bergadang senantiasa malam akan memeliharakannya dengan pula beberapa pengasihnya yang sudah dikasih kepada nya dari kecilnya hingga besarnya. Maka orang yang sudah merasai melihara anak, barulah ia dapat tahu bahwa ayah bundanya punya kebaikan kepadanya bukan sedikit adanya.

Sebagai lagi orang yang membuat kebajikan kepada ayah bundanya maka tentulah nanti ia dapat kebajikan dari anak buahnya. Dan demikian pula orang yang yang menyusahkan hati ayah bundanya maka tentulah ia nanti pun mendapat susah dari pada anak buahnya. Demikianlah yang sudah-sudah bahwa ia balas Tuhan kepada hambaNya adanya. Sebagai lagi orang yang membuat jahat kepada ayah bundanya  maka mudahlah atasnya membuat jahat kepada lainnya jua adanya.

Adabul Insan : Mukaddimah (Pembukaan)

By argimargie   Posted at  Januari 26, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN
Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi

Bismillaahi Rahmaanir Rahiim

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam.  Shalawat dan sejahtera atas nabi Muhammad dan atas keluarganya dan sahabatnya.  Wa ba’du.

Kemudian daripada itu,  maka di zaman sekarang ini, banyak orang  yang tiada pegang aturan orang-orang baik dan banyak yang tiada kenal adat kelakuan yang baik-baik. Maka dari itulah terbit segala kejahatan yang membinasakan diri dan membinasakan lain-lain dan menyusahkan hakim.
Adapun segala kejahatan itu maka sebabnya dari karena tiada dapat ajaran yang baik. Adapun ketidakadaan ajaran itu sebabnya dari karena kurang ongkos atau dari karena tiada sempat atau dari karena tiada ada tempat pelajaran.

Maka dari sebab itu, dikarang ini kitab yang ringan harganya dan kecil bukunya supaya ringkas ditaro di saku baju akan dibawa kemana-mana tempat kesenangan atau tempat pekerjaan buat dibaca di waktu berhenti kerja dibuat ganti dari omong yang tiada berguna dan juga ini kitab dengan bahasa melayu rendah supaya dipaham sembarang orang.

Maka diharap tiap-tiap orang yang mendapat ini kitab serta membaca padanya atau mendengar padanya, boleh ia masuk pada bilangan orang baik-baik adanya.

Bermula namanya ini  kitab: Adabul Insan artinya kelakuan yang terpuji bagi manusia yaitu kelakuan orang baik yakni kelakuan di dalam …hal ihwalnya yang akan tersebut di pasal-pasal yang akan datang.

Adapun artinya baik yaitu baik hatinya dan baik perbuatannya dan baik perangainya. Adapun yang dikata manusia yang bijaksana yaitulah yang pandai mendapat segala kebajikan yang halal bagi dirinya dengan selamat beserta pandai pula akan menjauhkan segala kejahatan atas dirinya. Keduanya itu dengan aturan yang panut.

Adapun yang dikata segala kebajikan bagi diri yaitu empat perkara: Pertama, keuntungan harta. Kedua, kesenangan badan. Ketiga, kesenangan hati. Keempat, kebaikan nama pada orang baik-baik.
Adapun yang dikata halal yaitu yang tiada dosanya pada Allah dan pada manusia. Adapun yang dikata selamat yaitu yang tiada melanggar agama dan tiada melanggar adat negeri. Sebab, melanggar keduanya ini menarik kejahatan atas diri.

Adapun yang segala kejahatan atas diri yaitu lima perkara: pertama, segala kesakitan atas badan. Kedua, segala kesusahan atas hati. Ketiga, segala kerugian atas harta. Keempat, terpaksa atas salah suatu tiga perkara ini. Kelima, kebusukan namaز

Maka, lima perkara kejahatan ini datangnya dari sebab melanggar percegahan agama atau melanggar pertegahan adat dari karena kurang pikiran yang baik sebab tiada dapat ajaran yang baik atau dari karena bercampur pada orang-orang yang jahat hingga ia menuruti kelakuan jahat. Maka dari karena itu, sangat ditegah bercampur pada orang-orang yang jahat adanya.

Adapun sebabnya kepandaian manusia yang sempurna buat mendapat segala kebajikan yang tersebut. Maka adalah itu sebabnya tiga perkara: pertama, dari sempurna akalnyayakni pikirannya yang baik. Kedua, dari ajaran guru -guru yang betul ajarannya dengan kitab-kitab yang ma’tamad .Ketiga, dari bercampur kepada orang baik-baik hingga ia dapat turut kelakuan baik. Maka dari itu digemarkan bercampur kepada mereka itu supaya boleh ia dapat segala kelakuan kawan yang baik adanya.


Bermula, di bawah inilah sebutan segala pasal-pasal menyatakan kelakuan yang baik.

Adabul Insan (Kelakuan Yang Terpuji Bagi Manusia)

By argimargie   Posted at  Januari 24, 2016   Book No comments

Alhamdulilah majlis ta'lim kecil-kecilan yang saya dan temen-temen laksanain kurang lebih tiga tahun ini masih berjalan. Walaupun masing-masing punya kesibukan baik dari kerjaan ataupun kuliahan, seenggaknya kita masih berusaha ngeluangin waktu tiap dua minggu sekali buat menuntut ilmu. Seiring waktu berjalan, emang makin terasa beratnya cobaan buat ngaji. Dimulai dari rasa males, capek dan seperti yang saya alamin tadi yaitu hujan deras yang mengguyur sekitaran kampung dari sore.

Baru sekarang ini kepikiran share isi dari kitab yang saya pelajari dari apa yang disampaikan oleh guru. Jadi sekarang kami sedang mempelajari kitab yang bernama Adabul Insan karangan Al-habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Waktu itu selepas habisin kitab Irsyadul Anam tentang Fiqih, sesuai masukan dari guru dan diskusi bareng temen-temen akhirnya kita pilih belajar soal Aqidah dan Akhlak. Dan guru rekomendasi kitab Adabul Insan ini yang ternyata harganya sangat-sangat diluar nalar saya. Pas sampe ke toko buku langganan langsung dapet ini kitab seharga Rp 2.500,-, emang tipis sih ngga tebel malahan cuma belasan halaman kira-kira. Tapi isi dari kitabnya berat euy buat dipraktekin dan dilakuin sehari-hari.

Adabul Insan artinya sesuai yang tertera di mukaddimah kitab yaitu Kelakuan Yang Terpuji Bagi Manusia. Karena perubahan zaman yang begitu cepet sekarang-sekarang ini, pastinya berpengaruh juga ke perilaku manusia yang ada dizamannya. Makanya demi menjaga harkat dan martabat????????.  Makanya saya setuju banget banget mempelajari kitab ini dan ketika yang punya toko bilang "tinggal sisa 5 biji bukunya mas" saya langsung bilang "yaudah gapapa bu saya ambil semua" padahal itu masih kurang buat dipake sama temen-temen waktu pengajian.

Talkin' bout Adab,, sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan latar belakang gen dari Jawa, saya rasanya ingin belajar sedikit demi sedikit soal salah satu amalan yang susah buat dilakuin dalam hidup. Seperti yang saya tahu istilah Jawa itu berarti moral dan moral dalam bahasa Arab berarti Akhlak. Nabi Ibrahim diutus Allah SWT sebagai salah satu nabi yang berakhlak mulia, lalu di penghujung masa kenabian dilanjutkan oleh Rasulullah saw. Ada ucapan Rasulullah yang kurang lebih begini "Aku datang tidak lain untuk menyempurnakan Akhlak" (maaf ngga hapal sanadnya). Maka saya ngga heran kenapa Nabi Muhammad menjadi manusia yang paling mulia sampe kapanpun. Sehari-hari jutaan atau mungkin miliaran orang dibumi ini menyebut namanya baik dalam azan, sholat ataupun sholawat.

Lantaran soal Akhlak inilah, The Most Figure Person in My World jadi manusia terbaik pilihan Allah SWT. Karena ngga gampang bahkan terbilang berat menjaga adab baik dari kelakuan ataupun lisan terhadap sesama manusia didunia yang sehari-hari dijalanin. Sebagai fansnya Rasulullah, saya berusaha belajar dan terus belajar mengenai akhlak ini. Jika dipersenkan Rasullullah memiliki 100% sebagai pemilik akhlak terbaik, maka saya berharap bisa dapat mengikuti minimal 0,000001% persen darinya. Insyaallah....

Nantinya isi dari kitab ini mudah-mudahan bisa diposting per pasal/bab setelah ditranslate dari huruf gundul berbahasa Arab Melayu ke Bahasa.

Novel Karangan Dan Brown (PDF Download)

By argimargie   Posted at  April 07, 2015   Download No comments




Dan Brown (lahir di Exeter, New Hampshire, Amerika Serikat, 22 Juni 1964; umur 50 tahun) adalah seorang pengarang novel terkenal. Karyanya telah dicetak dan dialih-bahasakan ke dalam 40 negara di dunia.

Dan Brown menjadi terkenal dan mendunia lantaran bukunya yang berjudul The Da Vinci Code (Kode Da Vinci). Dan Brown berhasil menyita perhatian banyak orang karena dalam bukunya tersebut ia menghadirkan sebuah kontroversi. Artis pemeran utama pria yang berperan sebagai Robert Langdon adalan Tom Hanks, aktor Perancis Jean Reno memerankan tokoh detektif polisi Bezu Fache. Film ini dirilis pada pertengahan tahun 2006 dan disutradari oleh Ron Howard.

Dan Brown, putra sulung dari tiga bersaudara, adalah lulusan dari Universitas Amherst dan Akademi Phillips Exeter. Sebelum menjadi penulis, ia pernah berprofesi sebagai guru bahasa Inggris. Saat ini Dan Brown bertempat tinggal di New England.


Judul: Digital Fortress
Penulis: Dan Brown
Terbit: 1997
File: PDF
Bahasa: Indonesia
Download



Judul : The Lost Symbol
Penulis : Dan Brown
Terbit : 2000
File : PDF
Bahasa : Indonesia
Download



Judul : Angels & Demons
Penulis : Dan Brown
Terbit : 2000
File : PDF
Bahasa : Indonesia
Download



Judul : Deception Point
Penulis : Dan Brown
Terbit : 2001
File : PDF
Bahasa : Indonesia
Download



Judul : The Da Vinci Code
Penulis : Dan Brown
Terbit : 2003
File : PDF
Bahasa : Indonesia
Download


Connected

© 2009-2023 In My Weird Brain. WP Mythemeshop converted by Bloggertheme9.
Powered by Blogger.
back to top