Eclipse Sequence |
Besok pagi tepatnya Rabu, 9 Maret 2016 adalah hari libur nasional. Tapi yang menarik bukan cuma liburnya saja, melainkan karena akan terjadi peristiwa penting dalam sejarah hidup saya dan pastinya orang-orang diluar sana. Yaitu gerhana matahari total di wilayah Indonesia timur sampai ke barat. Sayangnya wilayah yang bisa secara langsung melihat fenomena alam langka ini ada dibagian tengah Indonesia, yang dilalui garis khatulistiwa. Alhasil planet Bekasi yang saya huni selama bertahun-tahun ini ngga kedapetan buat melihat langsung salah satu Mahakarya Allah SWT yang luar biasa. Namun untuk wilayah Jabotabek tetap bisa melaksanakan sholat gerhana dari pukul 06.20 - 08.20 WIB. Mungkin sebagian orang menganggap terjadinya gerhana matahari ataupun bulan sebagai fenomena alam biasa, sebagai peristiwa ilmiah yang bisa dinalar akal sehat. Gerhana sekadar menjadi tontonan menarik yang bisa disaksikan beramai-ramai. Namun, bagi yang merasa tunduk kepada keagungan Sang Pencipta, Allah SWT, gerhana adalah peristiwa penting yang secara gamblang menunjukkan bahwa ada kekuatan Yang Maha Agung di luar batas kemampuan manusia. Mereka yang merasa rendah di hadapan Sang Pencipta akan menadahkan muka, menghadap Allah, mengerjakan shalat secara berjamaah.
Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan untuk itu. Sayyidatuna A’isyah ra bercerita, gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasulullah SAW kemudian beliau sholat bersama para sahabat. Beliau pun berdiri dengan lama, ruku’ dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu ruku’ dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan sholat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul. (HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Para ulama sepakat bahwa sholat gerhana matahari dan bulan adalah sunah dan dilakukan secara berjamaah. Imam Maliki dan Syafi’i berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatuna A’isyah berpendapat bahwa sholat gerhana dengan dua rakaat dengan dua kali ruku’, berbeda dengan sholat Id dan Jum’at. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga terdapat penjelasan serupa, yakni sholat gerhana dikerjakan dua rakaat dengan dua kali ruku’, dan dijelaskan oleh Abu Umar bahwa hadits tersebut dinilai paling shahih. Maka dengan begitu keistimewaan shalat gernana dibanding dengan shalat sunah lainnya terletak pada bilangan ruku’ pada setiap rakaatnya. Apalagi dalam setiap ruku’ disunahkan membaca tasbih berulang-ulang dan berlama-lama. Tasbih berarti gerak yang dinamis seperti ketika bulan berotasi (berputar mengelilingi kutubnya) dan berevolusi (mengelilingi) bumi, bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat Galaksi Bimasakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam rotasi dan revolusi itu. Maka bertasbihlah!
Eclipse Area in Indonesia |
Tata cara shalat sunah gerhana :
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih dahulu.
2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum sholat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan, ”Ash-shalatu jaami’ah.”
4. Niat melakukan sholat gerhana matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar), menjadi imam atau ma’mum.
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
5. Sholat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku' dan dua kali sujud.
7. Setelah ruku' pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Contohnya rakaat pertama membaca surah Ar-Rahman lalu pada rakaat kedua membaca surag al-Mulk.