KITAB ADABUL INSAN
Oleh: Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi
Pasal yang Kesembilan:
Adab Membuat Ibadah kepada Allah Ta’ala
Bermula ibadah yang paling
afdal itu membuat sembahyang dan puasa dan membaca qur’an dengan tajwidnya dan
dengan tiada pakai adu qiroati dan membaca istigfar dan tahlil yang betul
hurufnya dan lafadznya yang betul. Maka bukan hail atau lahit lahit maka
sekalian ini dosa besar. Dan sunah membaca solawat dan doa-doa dan
dzikir-dzikir yang warid yang telah diamalkan oleh Rasulullah SAW yaitu
seupama yang ada sekalian itu di kitab miskailhoir adanya.
Adapun perkara masuk tarekat
sopiyyah seupama tarekat naqsabandiyyah atau lain-lain tarekat maka yaitu
banyak syaratnya maka macam kita belum sampai di pinggir pagarnya maka barang
yang dikerjakan oleh orang-orang zaman sekarang yang dinamakan tarekat maka
yaitu jauh sekali-kali pada hal ihwal ulama tarekat yang benar. Istemewa pula
jika ada niat akan mendapat suatu keuntungan seupama barang yang manis atau
pangkat memerintah atau kesaktian atau menjadi keramat, maka dengan yang
demikian ini patut dikasi nama tarik ikat adanya. Sebagai lagi sekalipun
niatnya akan mendapat pahala dan mendapat pangkat tinggi di perkara agama, akan
tetapi tiadalah suci yang demikian itu dari ujub dan tekebur melebihkan diri
daripada orang-orang yang tiada masuk tarikat.
Dengan keliru yang telah
disebut oleh ulama –ulama tarekat yang benar yaitu yang dinamakan magrur yaitu
orang yang menyangka dirinya benar sendiri, padahal sebenarnya ia salah dan ia
keliru adanya. Sebagai lagi barangsiapa hendak mengetahui akan hal ihwal
tarekat lebih panjang dari ini, maka adalah itu pada kitab “An nasihat anikah”
dan kitab “ Wasyikatul Wafiyyah” dengan segala dalilnya dan telah di
sahihkannya oleh ulama mufti Mekkah. Adapun jikalau ada yang berkehendak pada
yang lebih pendek, maka ada pula sebuah risalah yang pendek bernama Buku Kecil
Perkara Tarekat jua adanya.
Pasal yang Kesepuluh:
Adab Pergi Sembahyang Jumat
Bermula lebih dahulu
sunah mandi dan berpakaian yang putih lagi bersih lagi harum dan apabila hendak
masuk masjid maka setelah ia masuk kaki kanan beserta membaca doa masuk masjid.
Maka setelah ia masuk ke dalam masjid maka berniat sunat iktikaf dan sunah
bersembahyang dua rakaat tahiyatul masjid jika tiada atasnya qodo sembahyang.
Adapun jikalau ada atasnya
qodo, maka bersembahyang qodo seboleh-bolehnya, kemudian maka ia duduk
membaca surat Al Kahfi dan salawat sebelumnya waktu kotbah dan
membaca ia dengan suara perlahan –lahan , maka apabila khotib membaca khotbah ,
maka jangan lagi membaca suatu apa-apa dan jangan cerita (ngobrol, pen) melainkan wajib masing-masing memasang kupingnya
mendengarkan khotbah.
Sebagai lagi hendaklah imam
jumat itu terlebih mengerti hukum sembahyang dan terlebih baik bacaannya dan
tingkah lakunya dan terlebih bersih putih pakaiannya jua adanya.