Adabul Insan : Pasal Ketujuh & Kedelapan

By argimargie   Posted at  Februari 04, 2016   Book No comments

KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Ketujuh: Adab Mengaji Ilmu.


Bermula wajib atas tiap-tiap mukalaf yakni akil baligh bahwa ia menuntut ilmu yang wajib yaitu ilmu sifat dua puluh dan ilmu rukun-rukun dan ilmu halal haram lantas ia beramal amalan yang wajib yaitu seperti sembahyang, puasa, dan qodo sembahyang jika ada qodonya. Maka jikalau ada tempo lagi beserta ada ongkos  maka hendaklah ia belajar ilmu, maka ia belajar fikih dan ilmu halal haram dari kitab-kitab yang kecil-kecil saja dahulu dan dia belajar pulalah seperti sorof dan nahu sekedar yang membantu mengertikan ilmu fikih,  maka jangan membaca sorof saja atau nahu bertahun-tahun padahal tiada membaca fikih. Maka misalnya seperti masakan yang tiada ada garamnya dan bumbunya, maka tiada tepungnya atau tiada berasnya maka tiadalah berguna dan jangan pula membaca ilmu usul yang dalam-dalam nanti dikhawatirkan goncang imannya dan jangan pula dipelajarkan segala masalah yang sulit-sulit dibuat bangga (untuk bangga-bangaan,pen) sekiranya jika tiada ada yang bisa jawab, maka kelihatanlah lebih ilmunya daripada yang lain-lain . Maka misalnya itu seperti ayam jago jika menang berkelahi memekarkan sayapnya, merah jenggernya, dan nyaring keruyuknya, maka sekalian kelakuan orang yang begitu terbenci di dalam aturan ulama. Dan lagi apakah keuntungannya di dalam yang demikian itu. Sebagai lagi jangan ia membaca kitab-kitab yang besar maka ditakuti bahwa nanti itu kitab ke barat ia ke timur adanya.



Pasal yang Kedelapan: Adab Kelakuan Guru yang Mengajar

Bermula syaratnya sekurang-kurangnya yaitu mesti ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang lagi ia mengajarkan dengan pelajarannya yang dari guru yang benar ajarannya dan syaratnya pula dengan sebagaimana pahamnya anak-anak muridnya sebegitulah ia mengajarkan mereka maka jangan ia mengeluarkan masalah yang sulit-sulit yaitu yang tiada dipaham oleh muridnya.
Maka bersaba-saba lah ia sekalipun anak muridnya itu berkata haya…haya…dengan tiada paham maknanya. Maka apalah gunanya melisankan sebanyak-banyaknya dikata oleh orang: oh guru si anu dia punya takrir kelewat dalam hingga tafsir bismillah saja dua hari tiada habisnya. Maka sebegitulah saja gunanya adanya. Tetapi sekalian itu bersalahan pada aturan kelakuan ulama dan syaratnya pula bahwa jangan segera menjawab pada suatu masalah melainkan jika telah sungguh-sungguh mengetahui akan jawabnya dan jangan mengajarkan dengan kitab-kitab yang besar yang ia\sendiri belum mengerti akan isinya, istimewa pula yang mendengar daripadanya  dan jangan berani mengajar tafsir Quran sebab terlalu banyak syaratnya yang  suci adanya pada ahli zaman sekarang ini di tanah jawa jua adanya.

Adabul Insan : Pasal Kelima & Keenam

By argimargie   Posted at  Februari 04, 2016   Book 1 comment


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi



Pasal yang Kelima: Adab Kelakuan Bapak Mengajar Anak-anak

Bermula terlebih fardhu atas bapak bahwa mengajarkan anaknya mengaji atau menyerahkan kepada guru yang betul ajarannya, maka setelah ia tammat maka diajarkannya ilmu yang wajib-wajib yaitu sifat dua puluh dan rukun-rukun dan diperintahkan dia membuat ibadah yang wajib dan menjauhkan segala yang haram dan diperintahkan dia bercampur kepada orang baik-baik supaya mendapat ikut kelakuan yang baik dan dicegahkan daripada bercampur kepada orang-orang jahat atau anak-anak yang tiada dapat ajaran sebab itu menarik pada perangai jahat dan dicegahkan pula daripada mengadu-ngadu seumpama jangkrik atau ayam atau kelapa, supaya jangan perangainya suka mengadu satu sama lain. Ditakuti nanti ia suka adu hadarah atau adu qiraat atau adu ilmu, maka kesudahannya itu menjadi kebinasaan dunia akhirat adanya.
Sebagai lagi hendaklah diajarkan dia memegang suatu pekerjaan pencaharian yang halal dengan aturan yang baik dan diajarkan dia berlaku dengan kelakuan yang tersebut di pasal-pasal kitab ini, maka dengan pengajaran yang tersebut ini diharap bahwa itu anak bolehlah ia menjadi orang baik-baik menyenangkan ayah bundanya.


Adapun anak-anak pun kurang hormat kepada orang tuanya atau dia punya kejahatan tingkah laku  atau perangai, maka sekalian itu terdapat dari sebab kurang pengajaran yang tersebut. Maka daripada itu jikalau dimaki padanya dikata pedas engkau kurang ajar dan syahdan dihikayatkan bahwa ada seorang datang mengadukan hal anaknya kepada satu pendeta (alim ulama, red) dengan katanya: bahwa anakku telah tabok mukaku . Berkata pendeta itu kepada orang itu: apakah engkau telah ajar anakmu mengaji? Maka berkata orang itu : belum. Maka berkata pendeta: apakah sudah itu anak bercampur pada orang baik-baik? Maka berkata orang itu: belum.  Maka berkata pendeta itu: apa saja pekerjaan anakmu itu? Maka berkata orang itu: hanya hamba suruh mengangon sapi, maka berkata pendeta itu: dari itu anak belum dapat membedakan antara kepala sapi dengan kepalamu.




Pasal yang Keenam: Adab Murid kepada Guru yang Mengajar Quran atau Imu Agama yang Betul Ajarannya sebagai yang tersebut di Pasal Kedelapan.

Bermula fardhu atas anak murid bahwa ia memberi hormat kepada gurunya sekalipun ajarannya itu dengan upah sebab segala kebajikan dunia akhirat yang anak murid dapat itu sebabnya dari lantaran gurunya punya ajaran dan punya pertunjukan, maka segala kebajikan itu tiadalah ada hingganya.  Maka sekedar hormat anak murid kepada gurunya sebegitulah ia dapat berkah ilmunya yakni gunanya di dunia dan akhirat.


Adapun orang yang tiada hormat kepada gurunya tiadalah dapat berkah ilmunya. Adapun orang yang berdengki pada gurunya atau membalas jahat kepadanya, maka itulah sehabis-habis jahat di dunia dan akhirat jua adanya.

Adabul Insan : Pasal Ketiga & Keempat

By argimargie   Posted at  Februari 04, 2016   Book 1 comment


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang Ketiga: Adab orang Kecil Punya Kelakuan yang Patut Kepada Orang Besar

Bermula patut atas sekalian orang yang duduk di bawah teduh keadilan bahwa sekalian itu mesti ingat baik-baik akan keadilan punya kebajikan atas sekalian  dan patut sekalian akan menerima kasih (berterimakasih, pen) banyak dengan segala kehormatan atas keadilan punya kasihan memelihara akan kita sekalian hingga kita dapat segala kenangan atas kehidupan kita dan atas memelihara akan anak bini kita dan atas menjalankan agama kita dengan tiada ada yang berani menyakiti atas kita atau atas agama kita atau harta kita, maka sekalian itu dapat dari pemerintahan punya kekuatan dan punya menjalankan keadilannya atas rakyat sekalian adanya.
Adapun yang dikata orang yang menerima kasih yaitulah orang menuruti perintah negara serta menjauhkan segala larangan dengan kelakuan orang yang baik-baik yang terpuji di mata orang baik-baik, maka bukan ia orang yang cuma berkata terima kasih padahal ia melanggar perintah negara adanya.
Sebagai lagi orang yang tiada dapat ingat akan keadilan punya baik kepada anak-anak negeri, maka sekira-kiranya jikalau ia dapat tinggal di dalam suatu dusun yang tiada ada polisi di dalamnya, maka tentulah ia dapat takut atas jiwanya dan atas hartanya dan atas anak bininya dan apabila ia mendapat suatu kesusahan atau kegagahan daripada manusia, maka tiadalah ia dapat yang menolong akan dia, maka ketika itulah baru ia mengerti dan ia dapat ingat akan kesenangan orang-orang yang duduk di bawah teduh keadilan pemerintahan.
Adapun umpamanya itu seperti orang yang dapat kedatangan kemiskinan hingga melarat, ketika itulah ia dapat ingat kekayaan punya senang dan demikian pula sepertinya orang yang dapat sakit badan ketika itulah ia dapat ingat kesegarannya badan punya enak. Maka dari itu diketahui bahwasanya paling jahat manusia yaitu yang tiada berterima kasih kepada keadilan dengan melanggar larangannya atau perintahnya, maka patut dikata bahwa orang itu paling jahat sebab dia membalas jahat kepada yang membuat kebaikan kepadanya. Dan patut pula dikata akan orang itu paling bodo, sebab dia tarik kecelakaan atas dirinya sendiri adanya.
Sebagai lagi orang yang melanggar aturan negeri dengan sangkanya atau pikirannya yang pendek bahwa ia nanti boleh dapat suatu keuntungan bagi dirinya, maka sebenarnya itu dia mesti dapat kecelakaan atas dirinya maka upamanya itu ibarat seorang yang dilarang oleh yang memeliharakannya atas berjalan di dalam suatu jalan yang ada di dalamnya segala barang tajam dan segala lubang, maka  ia berjalan juga dengan sengaja hingga ia dapat luka dan jatuh di dalam lubang, maka semuanya itu dari karena dia punya salah sendiri melanggar larangan yang memeliharakan dia.



Pasal yang Keempat: Adab Orang yang Muda kepada Orang Tua.

Bermula sebagaimana terpuji membuat kehormatan yang muda kepada emak bapak dan kepada guru-guru, maka demikian pula terpuji membuat kehormatan kepada orang tua-tua yaitu dengan memuliakan memberi salam kepadanya dan memberi kelakuan yang baik kepadanya dan berduduk di sebelah bawah daripadanya dan berjalan di sebelah belakang daripadanya dan mendengar nasihatnya jika ia memberi nasihat dan jangan menjawab dengan perkataan yang kasar kepadanya dan jangan membawa tingkah laku ( terburu-buru, pen ) muda di hadapannya.


Adapun orang yang memberi hormat orang yang lebih tua daripadanya maka diharapkan panjang umurnya dengan mendapat segala kehormatan daripada orang-orang yang lebih muda daripadanya. Maka demikianlah yang sudah-sudah balasan Tuhan robbil alamin kepada hambaNya.

Adabul Insan : Pasal Pertama & Kedua

By argimargie   Posted at  Januari 27, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN


Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi


Pasal yang pertama:  Adab Hamba kepada Tuhannya

Bermula setelah si hamba mengenal pada Tuhan rabbul alamin dengan segala sifatNya yang wajib yang dari pada itu bahwasanya Allah taala amat mengetahui dan amat melihat dan amat mendengar dan bahwasanya Allah ta ala berjanji memberi surga kepada hambanya yang mengerjakan perintahnNya lagi menjauhkan laranganNya. Dan berjanji menyiksa dengan api neraka atas yang meninggalkan perintahNya atau melanggar laranganNya, maka tentulah si hamba yang berimanitu mengerjakan segala yang wajib atasnya seupama mengaji, sembahyang, puasa, dan menjauhkan segala maksiat dan tentulah ia turut perjalanan orang baik-baik yang ada sebutannya di dalam pasal ini.








Pasal yang kedua:  Adab Anak-anak kepada ayah bundanya

Bermula telah tersebut di dalam Quran perintah Allah taala membuat ibadat kepadaNya dan membuat kebajikan kepada ayah bundanya dengan firman Allah taala: Wa’budulloh walatusyriku bihi syaia. Wabil walidaini ihsana. Artinya: sembah oleh kamu kepada Allah taala dan jangan kamu menyekutui Allah taala akan sesuatu dan pada ayah bunda kamu membuat kebajikan adanya. Maka dari ini dalil Quran diketahui akan wajib membuat kebajikan kepada ayah bunda dengan perintahnya Allah taala atas yang demikian itu.
Adapun artinya membuat kebajikan kepada ayah bunda yaitu mendengar kata keduanya dan merendahkan diri bagi keduanya dan jangan membalas dengan perkataan yang kasar atau dengan suara keras atau membentak-bentak pada keduanya dan jangan memasamkan muka pada keduanya dan seboleh-boleh si anak mengenakkan hati keduanya dengan sebagaimana kuasanya. Maka, apabila keduanya itu salah satunya tiada mampu mencari maka wajib atas si anak yang mampu bahwa ia membalas memberi nafkah bagi orang tuanya itu dengan sekedar mampunya sebagai lagi hendaklah senantiasa (waktu) bahwa si anak mengingat-ingat kecintaan ayah bunda padanya dari waktu diberanakkan hingga besarnya dengan beberapa capek keduanya dan bergadang senantiasa malam akan memeliharakannya dengan pula beberapa pengasihnya yang sudah dikasih kepada nya dari kecilnya hingga besarnya. Maka orang yang sudah merasai melihara anak, barulah ia dapat tahu bahwa ayah bundanya punya kebaikan kepadanya bukan sedikit adanya.

Sebagai lagi orang yang membuat kebajikan kepada ayah bundanya maka tentulah nanti ia dapat kebajikan dari anak buahnya. Dan demikian pula orang yang yang menyusahkan hati ayah bundanya maka tentulah ia nanti pun mendapat susah dari pada anak buahnya. Demikianlah yang sudah-sudah bahwa ia balas Tuhan kepada hambaNya adanya. Sebagai lagi orang yang membuat jahat kepada ayah bundanya  maka mudahlah atasnya membuat jahat kepada lainnya jua adanya.

Adabul Insan : Mukaddimah (Pembukaan)

By argimargie   Posted at  Januari 27, 2016   Book No comments


KITAB  ADABUL INSAN
Oleh:  Sayid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al Alawi

Bismillaahi Rahmaanir Rahiim

Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam.  Shalawat dan sejahtera atas nabi Muhammad dan atas keluarganya dan sahabatnya.  Wa ba’du.

Kemudian daripada itu,  maka di zaman sekarang ini, banyak orang  yang tiada pegang aturan orang-orang baik dan banyak yang tiada kenal adat kelakuan yang baik-baik. Maka dari itulah terbit segala kejahatan yang membinasakan diri dan membinasakan lain-lain dan menyusahkan hakim.
Adapun segala kejahatan itu maka sebabnya dari karena tiada dapat ajaran yang baik. Adapun ketidakadaan ajaran itu sebabnya dari karena kurang ongkos atau dari karena tiada sempat atau dari karena tiada ada tempat pelajaran.

Maka dari sebab itu, dikarang ini kitab yang ringan harganya dan kecil bukunya supaya ringkas ditaro di saku baju akan dibawa kemana-mana tempat kesenangan atau tempat pekerjaan buat dibaca di waktu berhenti kerja dibuat ganti dari omong yang tiada berguna dan juga ini kitab dengan bahasa melayu rendah supaya dipaham sembarang orang.

Maka diharap tiap-tiap orang yang mendapat ini kitab serta membaca padanya atau mendengar padanya, boleh ia masuk pada bilangan orang baik-baik adanya.

Bermula namanya ini  kitab: Adabul Insan artinya kelakuan yang terpuji bagi manusia yaitu kelakuan orang baik yakni kelakuan di dalam …hal ihwalnya yang akan tersebut di pasal-pasal yang akan datang.

Adapun artinya baik yaitu baik hatinya dan baik perbuatannya dan baik perangainya. Adapun yang dikata manusia yang bijaksana yaitulah yang pandai mendapat segala kebajikan yang halal bagi dirinya dengan selamat beserta pandai pula akan menjauhkan segala kejahatan atas dirinya. Keduanya itu dengan aturan yang panut.

Adapun yang dikata segala kebajikan bagi diri yaitu empat perkara: Pertama, keuntungan harta. Kedua, kesenangan badan. Ketiga, kesenangan hati. Keempat, kebaikan nama pada orang baik-baik.
Adapun yang dikata halal yaitu yang tiada dosanya pada Allah dan pada manusia. Adapun yang dikata selamat yaitu yang tiada melanggar agama dan tiada melanggar adat negeri. Sebab, melanggar keduanya ini menarik kejahatan atas diri.

Adapun yang segala kejahatan atas diri yaitu lima perkara: pertama, segala kesakitan atas badan. Kedua, segala kesusahan atas hati. Ketiga, segala kerugian atas harta. Keempat, terpaksa atas salah suatu tiga perkara ini. Kelima, kebusukan namaز

Maka, lima perkara kejahatan ini datangnya dari sebab melanggar percegahan agama atau melanggar pertegahan adat dari karena kurang pikiran yang baik sebab tiada dapat ajaran yang baik atau dari karena bercampur pada orang-orang yang jahat hingga ia menuruti kelakuan jahat. Maka dari karena itu, sangat ditegah bercampur pada orang-orang yang jahat adanya.

Adapun sebabnya kepandaian manusia yang sempurna buat mendapat segala kebajikan yang tersebut. Maka adalah itu sebabnya tiga perkara: pertama, dari sempurna akalnyayakni pikirannya yang baik. Kedua, dari ajaran guru -guru yang betul ajarannya dengan kitab-kitab yang ma’tamad .Ketiga, dari bercampur kepada orang baik-baik hingga ia dapat turut kelakuan baik. Maka dari itu digemarkan bercampur kepada mereka itu supaya boleh ia dapat segala kelakuan kawan yang baik adanya.


Bermula, di bawah inilah sebutan segala pasal-pasal menyatakan kelakuan yang baik.

Adabul Insan (Kelakuan Yang Terpuji Bagi Manusia)

By argimargie   Posted at  Januari 25, 2016   Book No comments

Alhamdulilah majlis ta'lim kecil-kecilan yang saya dan temen-temen laksanain kurang lebih tiga tahun ini masih berjalan. Walaupun masing-masing punya kesibukan baik dari kerjaan ataupun kuliahan, seenggaknya kita masih berusaha ngeluangin waktu tiap dua minggu sekali buat menuntut ilmu. Seiring waktu berjalan, emang makin terasa beratnya cobaan buat ngaji. Dimulai dari rasa males, capek dan seperti yang saya alamin tadi yaitu hujan deras yang mengguyur sekitaran kampung dari sore.

Baru sekarang ini kepikiran share isi dari kitab yang saya pelajari dari apa yang disampaikan oleh guru. Jadi sekarang kami sedang mempelajari kitab yang bernama Adabul Insan karangan Al-habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Waktu itu selepas habisin kitab Irsyadul Anam tentang Fiqih, sesuai masukan dari guru dan diskusi bareng temen-temen akhirnya kita pilih belajar soal Aqidah dan Akhlak. Dan guru rekomendasi kitab Adabul Insan ini yang ternyata harganya sangat-sangat diluar nalar saya. Pas sampe ke toko buku langganan langsung dapet ini kitab seharga Rp 2.500,-, emang tipis sih ngga tebel malahan cuma belasan halaman kira-kira. Tapi isi dari kitabnya berat euy buat dipraktekin dan dilakuin sehari-hari.

Adabul Insan artinya sesuai yang tertera di mukaddimah kitab yaitu Kelakuan Yang Terpuji Bagi Manusia. Karena perubahan zaman yang begitu cepet sekarang-sekarang ini, pastinya berpengaruh juga ke perilaku manusia yang ada dizamannya. Makanya demi menjaga harkat dan martabat????????.  Makanya saya setuju banget banget mempelajari kitab ini dan ketika yang punya toko bilang "tinggal sisa 5 biji bukunya mas" saya langsung bilang "yaudah gapapa bu saya ambil semua" padahal itu masih kurang buat dipake sama temen-temen waktu pengajian.

Talkin' bout Adab,, sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan latar belakang gen dari Jawa, saya rasanya ingin belajar sedikit demi sedikit soal salah satu amalan yang susah buat dilakuin dalam hidup. Seperti yang saya tahu istilah Jawa itu berarti moral dan moral dalam bahasa Arab berarti Akhlak. Nabi Ibrahim diutus Allah SWT sebagai salah satu nabi yang berakhlak mulia, lalu di penghujung masa kenabian dilanjutkan oleh Rasulullah saw. Ada ucapan Rasulullah yang kurang lebih begini "Aku datang tidak lain untuk menyempurnakan Akhlak" (maaf ngga hapal sanadnya). Maka saya ngga heran kenapa Nabi Muhammad menjadi manusia yang paling mulia sampe kapanpun. Sehari-hari jutaan atau mungkin miliaran orang dibumi ini menyebut namanya baik dalam azan, sholat ataupun sholawat.

Lantaran soal Akhlak inilah, The Most Figure Person in My World jadi manusia terbaik pilihan Allah SWT. Karena ngga gampang bahkan terbilang berat menjaga adab baik dari kelakuan ataupun lisan terhadap sesama manusia didunia yang sehari-hari dijalanin. Sebagai fansnya Rasulullah, saya berusaha belajar dan terus belajar mengenai akhlak ini. Jika dipersenkan Rasullullah memiliki 100% sebagai pemilik akhlak terbaik, maka saya berharap bisa dapat mengikuti minimal 0,000001% persen darinya. Insyaallah....

Nantinya isi dari kitab ini mudah-mudahan bisa diposting per pasal/bab setelah ditranslate dari huruf gundul berbahasa Arab Melayu ke Bahasa.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

By argimargie   Posted at  Januari 12, 2016   Inspiration No comments

Suatu ketika, saat sedang tertidur di halaman Ka’bah setelah Allah menyelamatkan Abdul Muttalib dari serangan Abrahah, ia melihat suatu mimpi yang menakjubkan. Ia pun terbangun ketakutan, dan mendatangi para peramal Quraisy, untuk menceritakan mimpinya. Mereka pun berkata padanya, “Mimpi itu adalah mimpi yang benar, akan muncul dari sulbimu seseorang yang seluruh penduduk Langit dan Bumi akan percaya padanya, dan seseorang yang akan menjadi sangat terkenal.” Saat itu, Abdul Muttalib menikahi Fatimah, dan ia mengandung ‘Abdullah. Dari Al Zabiih (RA), yang ceritanya amat masyhur.
Beberapa tahun kemudian, saat mereka pulang kembali ke rumah setelah mengorbankan seratus ekor unta sebagai qurban untuk menyelamatkan hidupnya, ‘Abdullah (RA) dan ayahnya melewati seorang peramal Yahudi bernama Fatima. Ketika ia memandang wajah ‘Abdullah (RA), yang saat itu adalah seorang laki-laki paling tampan dalam suku Quraisy, ia berkata, “Aku akan berikan padamu unta-unta sejumlah yang sama dengan yang telah diqurbankan untukmu, jika kau mahu berhubungan badan denganku sekarang.” Peramal wanita itu berkata seperti ini kerana ia melihat di wajah ‘Abdullah, cahaya kenabian (nuur Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam), dan ia berharap ialah yang akan mengandung nabi termulia ini. ‘Abdullah (RA) menjawab,
“Berkenaan dengan haram, kematian adalah lebih utama,
dan aku tidak melihat satu halal pun dalam pandangan,
dan tentang apa yang kau minta,
seorang yang terhormat haruslah menjaga kehormatan dan agamanya.”
Pada hari berikutnya, ‘Abdul Muttalib membawa ‘Abdullah untuk bertemu dengan Wahab ibn Abd Manaaf, yang merupakan pimpinan dari Bani Zuhra, tuan mereka dalam silsilah dan asal usul. ‘Abdul Muttalib menikahkan ‘Abdullah (RA) dengan putri Wahab, Aaminah (RA), yang merupakan wanita terbaik dalam suku Quraisy, baik dalam silsilah mahupun kelahirannya. Mereka menjadi suami dan isteri di hari Isnin, di salah satu hari Mina, di suatu jalan gunung milik Abu Talib. Dan Aminah pun mengandung Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam.
Pada hari berikutnya, ‘Abdullah (RA) pergi keluar dan melewati wanita yang pernah melamarnya sebelumnya. ‘Abdullah bertanya padanya, “Mengapa kau tidak menawarkan padaku hal apa yang pernah kau tawarkan padaku kemarin?” Wanita itu menjawab, “Cahaya yang kau bawa kelmarin telah meninggalkanmu; kerana itu, aku tak membutuhkanmu lagi hari ini. Aku sempat berharap untuk memiliki cahaya itu dalam diriku, tapi Allah menghendakinya untuk ditaruh di tempat yang lain.”
Begitu pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam terjadi, begitu banyak pula keajaiban mulai terjadi pada Aminah. Sahl ibn ‘Abdullah al-Tustari berkata, “Saat Allah menciptakan Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam dalam rahim ibunya, di suatu malam Jumaat dalam bulan Rajab, Allah SWT memerintahkan Ridwan, Penjaga Syurga-syurga, untuk membuka Syurga Tertinggi. Seorang penyeru mengumumkan di seluruh Langit dan Bumi bahawa cahaya tersembunyi yang akan membentuk Sang Nabi Pembimbing akan berdiam, pada malam itu juga, dalam rahim ibunya, di mana penciptaannya akan disempurnakan. Diwahyukan pula bahawa ia akan muncul sebagai seorang pembawa khabar gembira dan sebagai pemberi peringatan.”
Diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbaar (RA), bahawa pada malam pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam tersebut, diumumkan di Langit dan seluruh tingkatannya, dan juga di bumi dan segenap sudutnya, bahawa cahaya tersebunyi, dari mana sang Nabiyallah sall-Allahu ‘alayhi wasallam diciptakan, akan mendiami rahim Aminah.
Juga, pada hari itu pula, seluruh berhala-berhala di muka bumi terbalik atas ke bawah. Suku Quraisy yang tadinya menderita kerana kekeringan yang parah dan penderitaan yang berat, melalui peristiwa yang barakah ini, bumi menjadi hijau dan pohon-pohon pun berbuah, dan barakah datang pada mereka dari segala arah. Kerana tanda-tanda barakah ini, tahun saat mana Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallamdibuahkan dikenal sebagai Tahun Kemenangan dan Kebahagiaan.
Ibn Ishaq meriwayatkan bahawa Aaminah (RA) biasa mengatakan bagaimana ia telah dikunjungi oleh para malaikat ketika ia sedang hamil dan mengandung Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam, dan ia diberitahu, “Engkau sedang mengandung seorang Tuan Pemimpin dari Ummat ini.” Aminah pun berkata, “Aku tak pernah merasakan bahawa diriku tengah hamil dan mengandungnya, dan aku tak pernah mengalami kesulitan-kesulitan atau mengidam makanan seperti yang dialami wanita lainnya; aku hanya memperhatikan bahawa haidku telah berhenti. Suatu saat, seorang malaikat datang kepadaku di saat aku dalam keadaan antara tidur dan terjaga, dan ia berkata, ‘Apakah engkau merasa bahawa dirimu tengah mengandung Penghulu seluruh manusia?’, lalu ia pun meninggalkanku. Saat waktu kelahiran makin mendekat, ia datang lagi dan berkata, ‘Katakanlah: Aku memohon perlindungan baginya dengan Yang Esa dari kejahatan setiap orang yang dengki, dan menamainya Muhammad.’ ”
Ibn ‘Abbas (RA) berkat, “Salah satu di antara mu’jizat-mu’jizat pembuahan Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah pada malam itu, setiap ekor haiwan-haiwan milik Quraisy berbicara dan mengatakan, ‘Demi Tuhan dari Ka’bah, Utusan Allah telah dibuahkan pada rahim ibunya. Dialah pemimpin alam dan cahaya dari penghuni-penghuninya. Tak ada satu pun singgasana milik raja mana pun di dunia ini yang tidak terbalik atas ke bawah pada malam ini.’ Haiwan-haiwan liar dari timur bergegas menemui haiwan- haiwan liar di barat menyampaikan khabar gembira ini, dan seperti itu pula penghuni lautan dan samudera memberi salam satu sama lain. Setiap hari pada bulan pembuahan beliau ini, ada suatu seruan di Langit dan Bumi: ‘Bergembiralah, telah dekat waktunya ketika Abul Qasim akan muncul, terberkati dan beruntung.'”
Riwayat yang lain mengatakan bahawa pada malam itu, setiap dan seluruh rumah tercahayai, dan cahaya itu mencapai tempat mana pun dan setiap serta seluruh haiwan pun berbicara.
Abu Zakariyya Yahia ibn Aa’its mengatakan, “Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam tinggal dalam rahim ibunya selama sembilan bulan penuh, saat mana ibunya tak pernah mengeluh sakit atau apa pun yang biasa dialami wanita hamil. Ibunya biasa berkata, ‘Aku tak pernah melihat kehamilan yang lebih mudah daripada yang ini, atau yang lebih barakah.'”
Ketika Aaminah (RA) berada dalam bulan kedua kehamilannya, ‘Abdullah wafat di Madinah di antara paman-pamannya dari Bani Al Najjar, dan ia dimakamkan di Al Abwa’. Diriwayatkan pula bahawa ketika ‘Abdullah RA wafat, para malaikat berkata, “Wahai, Tuhan dan Raja kami, Nabi-Mu telah menjadi seorang yatim.” Allah berfirman, “Aku-lah Pelindung dan Pendukungnya.”


Sumber : https://smzblog.wordpress.com/
Connected

© 2009-2023 In My Weird Brain. WP Mythemeshop converted by Bloggertheme9.
Powered by Blogger.
back to top