Ini adalah rangkaian perjalanan yang dibilang cukup melelahkan
tapi terbayar tuntas oleh keindahan yang didapat dari alam di selatan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dimana saya dan lima orang teman memiliki rencana
menaklukan 21 pantai yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul dalam waktu dua
hari. Yang mana disini adalah kawasan geopark yang terkenal dengan sebutan
Gunung Sewu Geopark yang kabarnya sudah diakui secara global oleh UNESCO.
Singkat cerita, setibanya di Stasiun Lempuyangan pagi hari dilanjutkan sarapan
di seberang stasiun, tiga motor matic sewaan yang sudah direncanakan oleh salah
satu teman datang. Transaksi tukar kunci dan stnk dengan kartu mahasiswa sampe
kartu tanda penduduk kami pun terjadi, disini saya baru tau ternyata salah satu
rental ini bagus juga cara kerjanya disamping harga sewa motornya yang murah.
Waktu itu sekitar jam 10.00 pagi setelah mengisi bahan bakar, kami
mulai menarik gas motor matic sewaan kami menuju tujuan pertama yaitu pantai
Ngobaran. Dua jam perjalanan yang harus ditempuh saat kami sadari telah sampai
di pintu masuk tujuan yang pertama ini. Begitu masuk pantai ini rasanya seperti
berada disalah satu pantai di pulau Bali karena ukiran-ukiran batu dan ada
beberapa Pura yang menurut saya belum lama dibangun. Pantai ini memiliki area
berpasir putih namun tidak luas yang berada dibawah bebatuan keras ini. Dan
disebelah kanan Pantai Ngoobaran terdapat satu pantai yang bernama pantai
Nguyahan, kami harus berjalan kaki sekitar 200m kedataran yang lebih rendah
untuk mencapai kesana.
Perjalanan
dilanjutkan dengan tujuan pantai yang ketiga, pantainya para nelayan yaitu
Pantai Ngrenehan. Jarak dari Ngobaran-Ngrenehan tidak begitu jauh, hanya
memakan waktu 15 menit. Karena namanya yang terkenal pantai nelayan, dibagian
depan saat kami akan memarkirkan motor terdapat pasar yang menjual ikan-ikan
segar hasil tangkapan nelayan. Inilah pantai yang membuat kami segar kembali
karena kami bisa berenang disini, wilayahnya yang hampir tertutup oleh
batuan-batuan besar menjadikan pantai ini memiliki arus air yang tenang dan
juga airnya jernih sekali.
Menjelang
sore kita lanjut tancap gas ke tujuan berikutnya, pantai yang sudah jadi
trademarknya Gunung Kidul yang terkenal itu pantai Baron. Disini kami sempatkan
bermain bola dengan menggunakan bola plastik diarea pantainya. Kemudian
dilanjutkan kembali ke Pantai Kukup, dimana disana kami berencana bermalam kami
dihari pertama. Keesokan paginya teman-teman saya rupanya sudah ada ditebing pantai Kukup sambil jeprat-jepret kamera disaat matahari terbit.
Sarapan
pagi selesai, lanjutlah lagi perjalanan touring kami menggunakan motor berplat
AB melalui jalan raya yang salah satu dari kami belum pernah lewati. Pemerintah
Daerah nampaknya sangat peduli akan fasilitas infrastruktur untuk menunjang
kawasan pariwisatanya, jalan-jalan yang menghubungkan daerah disini sangat
mulus. Itu jadi salah satu yang saya nikmati selama motor yang saya bawa
melaju. Tibalah di tujuan pertama dihari kedua yaitu pantai Sepanjang berlanjut
pantai Watukodok – Drini – Slili – Sadranan. Lalu salah satu yang pantai yang
juga terkenal pantai Krakal, ada satu momen yang tak bisa dilupakan di Krakal
saat saya melihat pisang berwarna kuning matang yang dipajang diwarung buah
dekat pintu masuk. Entah kenapa saya bernafsu sekali membelinya dan tawar
menawar sudah terjadi dengan saya mengeluarkan Rp 15.000,- untuk satu tandan
pisang itu. Dan begitu kami lanjut lagi ke pantai berikutnya sambil melambatkan
laju motor, sambil memakan pisang yang barusan dibeli ternyata pisangnya masih
mentah. Sungguh terlalu saya tertipu oleh penampilan mulus sebuah pisang.
Pantai
selanjutnya adalah pantai Ngandong – Sundak – Somandeng – Indrayanti. Karena
banyaknya tujuan yang harus kami capai, saat tiba ditujuan kami hanya sebentar
mengelilingi wilayah pantai itu dan take moment lalu pergi lagi. Sehingga
banyak yang terlupa mendeskripsikan dengan detail pantai yang saya datangi satu
persatu. Tapi untuk Indrayanti, pantai ini adalah yang paling ramai dikunjungi
wisatawan. Akses menuju kesini sudah terjadi kemacetan sampai 1-2 kilometer
pada saat itu. Pantai ini juga memiliki garis pantai paling panjang diantara
pantai-pantai yang ada disekitar Gunung Kidul juga batuan-batuan karang besar
yang ada dikanan setelah pintu masuk. Belum selesai, kami berangkat lagi ke
pantai berikutnya yang dimana menjadi tempat bermalam dihari kedua. Pantai yang
terkenal karena pohon durasnya itu, yaa Poktunggal. Menurut cerita masyarakat,
dulunya ada seorang kakek yang bernama ‘Mbah Pok’ yang tinggal seorang diri
diwilayah pantai. Sehari-harinya ia bertani dan menggembalakan sapi disana,
ketika Mbah Pok pergi mengurus sawahnya dia selalu mengikatkan ikatan sapi di
pohon duras itu. Kurang lebih itu yang menjadi asal-usul nama Poktunggal yang
saya dapat dari hasil obrolan dengan Ibu dan Bapak (saya lupa namanya) yang
punya warung dekat parkir kendaraan. Saat kami membuat api unggun didepan tenda kami bertemu dengan dua orang pemuda yang ingin meminjam senter, sambil berkenalan ternyata dua orang ini dari Bandung yang datang kesini dengan menggunakan motor vespa. Malam itu dia bahkan cerita bakal ke Lombok dengan membawa vespa dua bulan lagi katanya, gilaaa..... ini kayaknya yang dibilang adventurer.
Keesokan
paginya kami berencana ke pantai Jogan, tapi ditengah jalan kami menemui plang
kecil dari papan bertuliskan pantai Seruni yang dituliskan oleh cat seadanya.
Trus terlihat jalannya pun masih turunan curam ditambah bebatuan yang
terlihat tidak cukup layak untuk dilewati sepeda motor. Namun kami malah
memutuskan untuk turun melihat sebentar seperti apa pantainya, well ternyata
pantai ini masih perawan. Luar biasa nikmatnya saat saya tahu tidak ada
seorangpun kecuali kami yang datang ke pantai saat itu. Seakan ini milik
pribadi saya, semuanya masih terlihat alami dan bentuk pantainya termasuk salah
satu yang unik dari Gunung Kidul.
Waktu
yang tak terasa karena mulai memasuki siang hari sedangkan kereta kami untuk
pulang terjadwal sore hari. Kami menuju pantai Jogan yang memakan waktu sekitar
setengah jam untuk kesana. Lalu ada pantai yang baru dibuka, pantai Nglambor.
Akses masuk pantai ini juga bisa dibilang sebelas duabelas dengan Seruni tapi
pantainya super exotic dengan banyaknya burung camar yang terbang mengelilingi
sebuah pulau kecil diseberang pantai. Ditambah arus ombak yang tenang karena
sudah dulu pecah oleh batuan karang diantara pantai dan pulau kecil, saya
membayangkan snorkeling disana dan suasana pun sepi tidak ada orang. Sayangnya
kami bermasalah dengan waktu akhirnya kami putuskan untuk meninggalkan Nglambor
menuju Siung. Seharusnya ada satu lagi pantai Wediombo, yang membutuhkan waktu
setengah jam lagi dari Siung tapi kami gagal karena waktu sudah menunjukkan
pukul 01.00 sedangkan kereta jam 04.00. Jadi dari target 21 pantai dalam waktu
dua hari disana gagal dipenuhi dengan kami hanya mampu meraup 20 pantai.
Walaupun ngga tercapai tapi Alhamdulillah semua pulang dengan selamat sampai
tujuan.