Liat twitnya walikota Bandung yang sekarang yaitu Bapak Ridwan Kamil keren juga, beliau ngetwit "Apapun yang kita lakukan, orang selalu mengomentari, dibawa sabar aja". Saya selaku follower beliau setuju juga sama pernyataannya, kalo gak salah kejadian ini setelah dia dipilih menjadi anggota tim transisi PSSI bentukan Menpora buat menghadap ke FIFA. Tapi untungnya nggak lama kemudian dia mengundurkan diri dari tim transisi itu, oiya si mimin Andrew Darwis juga dipilih sama Menpora buat ngurusin PSSI sementara. Kenapa untung? Yaa menurut saya mendingan Kang Ridwan ngurus Bandung aja daripada ikut jadi tim transisi yang mana udah terlalu banyak unsur politis dari Pemerintah Indonesia yang sekarang. skipp>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Kembali ke judul tulisan iseng-iseng ini. Ada sebuah cerita yang saya dapat dari hasil pengajian rutin saya tiap 2 minggu sekali dirumah. Dimulai dari seorang Bapak dan Anaknya yang ingin melakukan perjalanan panjang ke kota lain yang jaraknya jauh. Mereka melakukan perjalanan dengan membawa seekor keledai satu-satunya mereka punya. Setelah melewati berkilo-kilometer perjalanan sang anak melihat ayahanda nya tampak lelah, akhirnya si anak menganjurkan sang bapak agar menaiki keledai sambil diiringi sang anak yang menuntun keledainya. Kemudian mereka memasuki perkampungan pertama dalam perjalanan. Ada beberapa orang setempat yang berkata sambil mencibir ke bapak ini "Celakalah orang tua itu, tega sekali membiarkan anaknya berjalan kaki sedang dia malah menunggangi keledai". Mendengar perkataan orang-orang itu akhirnya si Bapak mengajak bergantian posisi dengan anaknya yang berjalan kaki dengan dia, kemudian perjalanan kembali dilanjutkan.
Keesokan harinya, mereka melewati perkampungan yang kedua dimana lagi-lagi ada sekerumunan orang yang melihat mereka berdua lalu berkata "Dasar anak durhaka, kenapa engkau menunggangi keledai dan orang tuamu berjalan kaki". Mendengar perkataan yang sama seperti kemarin si Bapak dan Anak berinisiatif menunggangi keledainya berdua sekaligus, dan melanjutkan perjalanan. Keesokan hari-harinya sampailah lagi ke sebuah perkampungan yang ketiga, seperti kejadian sebelumnya dimana perjalanan mereka selalu dikomentari orang-orang yang melihat. "Hai orang-orang zalim, sesungguhnya keledai hanya mampu membawa seseorang untuk ditunggangi" celetuk seseorang dikampung itu mengomentari Bapak dan Anak ini.
Karena sudah kejadian yang ketiga kalinya, mereka berdua sambil terus berjalan mencari cara bagaimana mengatasi hal ini agar orang-orang yang melihat tidak mengomentari lagi kelakuan mereka. Sang anak berpikir daripada keledainya ditunggangi salah dan tidak ditunggangi juga salah, tiba-tiba dia mengajak bapaknya itu agar saling menuntun peliharaanya itu sambil melakukan perjalanan panjangnya. Sepanjang jalan mereka lega karena sudah melintasi perkampungan yang tingkah laku pemukimnya selalu membuat bingung dan kesal. Tetapi untuk sampai ke kota tujuan, mereka mau tidak mau harus melewati satu pemukiman penduduk lagi baru tiba disana. Akhirnya mereka memasuki perkampungan yang terakhir dengan perasaan senang karena mereka merasa perjalanannya hampir selesai. Namun dipinggir jalan ada dua orang setempat menertawakan mereka sambil berkata "Sungguh orang-orang yang bodoh, keledai yang mereka bawa kenapa tidak ditunggangi tetapi malah dituntun sedang mereka berjalan kaki". Untuk kesekian kalinya mereka mendengar perkataan orang tentang mereka, kemudian si Bapak menoleh ke anaknya sambil memperlihatkan senyum di wajahnya dan tidak menghiraukan cibiran orang dipinggir jalan itu terus berjalan menuju tujuannya.
Salah satu uniknya hidup didunia ya seperti ini, selalu ada orang yang mengomentari hal apapun yang kita perbuat. Kadang komentarnya positif atau malah sering cenderung negatif. Hal yang begini emang gak bisa dihindari dan harus dihadapi. Maka dari itu kalo kata ustad yang saya selalu rekam suaranya setiap ngaji "Sebelum ngelakuin sesuatu apapun kita minimal berdoa buat minta perlindungan sama Allah SWT, karena sesuatu yang baik dan buruk bakal terjadi, dan memang cuma kepada-Nya kita berlindung.