Gunung Lembu, Purwakarta : Latihan Nanjak Gunung

By argimargie   Posted at  Agustus 18, 2015   Adventure No comments
Gunung Lembu, Purwakarta



Mendaki gunung ngga selalu harus ngecamp, membawa carrier dipundak, membawa peralatan dan bekal untuk hidup dipuncak. Yapp buat siapapun yang punya waktu libur sebentar dan ngga makan waktu berhari-hari, trekking ke Gunung Lembu-Purwakarta bisa jadi alternatif liburan yang menyenangkan disela kesibukan hari-hari kita. Medan yang mesti dilalui untuk mendaki gunung ini juga bisa dibilang relatif mudah dibandingkan dengan dua gunung tetangganya yaitu Gunung Parang dan Gunung Bongkok. Cukup dari ketinggian 780 mdpl kita bisa menyaksikan landscape waduk Jatiluhur yang terkenal itu. Dengan jarak yang tidak jauh dari Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam, wisata ini tentunya bisa jadi alternatif. Untuk mencapai bebatuan tempat menikmati pemandangan waduk Jatiluhur ini kita harus berjalan 15-20 menit dari puncak Gunung Lembu.  

Stasiun Sebelum Memasuki Desa Panyindangan
Lokasi Gunung Lembu berada di Kampung Panunggal, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat. Jika kita keluar tol Purwakarta dari Jakarta belok kanan memasuki Jalan Raya Purwakarta dan berbelok kanan lagi di Jalan Sindangkasih. Kemudian nanti akan melewati rel kereta, disana ada sebuah stasiun "lupa namanya" disebelah kiri jalan dan akan memasuki Desa Panyindangan. Dari stasiun ke Kampung Panunggal kira-kira setengah jam perjalanan dengan melewati jalan yang naik turun dan kondisi jalannya tidak lebar.
Gunung Bongkok dari Kejauhan

Tiba di Kampung Panunggal kami segera memarkir kendaraan di sebuah lapangan yang dijadikan warga sebagai lahan parkiran. Istirahat sebentar lalu kami menuju pos pelaporan yang terletak digerbang masuk Gunung Lembu. Disana kita diwajibkan mendaftarkan nama kita dibuku untuk daftar pengunjung dan membayar biaya kebersihan dengan sukarela. "sabaraha wae a" kata Bapak-bapak yang menjaga pos.




Memulai Pendakian
Start pendakian dimulai dengan jalur yang masih sangat bersahabat dengan melewati semacam hutan bambu, karena disekelilingnya hanya terdapat pohon bambu. Lalu akan ada persimpangan dimana jalur sebelah kiri medan yang dilalui jalan menanjak cukup curam dan jalur kanan akan melewati medan yang relatif datar menuju pos 1. Karena kami penasaran seperti apa curam jalannya, kami lebih memilih jalur kiri pada persimpangan itu. Kurang lebih tiga ratus meter kami lewati jalan menanjak itu dan sampailah dipos pertama. Disana terdengar suara seperti "kluwek atau semacam lonceng dari kayu" yang rupanya adalah seperti lonceng yang diikat dileher sapi oleh seorang penggembalanya. Dan dipos pertama juga ada warung beserta kakus yang dkelola oleh warga setempat sebagai tempat istirahat bagi pendaki.
Salah Satu Trek Cukup Curam
Menuju pos dua, perjalanan ini menurut saya yang cukup berbahaya karena akan melewati salah satu jalur dimana hanya ada jalan sempit dan kanan kirinya langsung jurang. Tepat disana kami bertemu dengan sepasang suami istri turis dari Jepang bersama seorang guide dari arah yang berlawanan, disaat kami berpapasan seorang suaminya hampir saja terpeleset ke arah jurang dititik itu. Ada beberapa tali tambang yang dipasang oleh pengelola untuk alat pegangan baik saat kondisi jalan menurun ataupun naik. Setelah itu tibalah kami dipos dua, disana terdapat makam yang dianggap keramat oleh warga kemudian tidak jauh dari situ ada semacam petilasan yang katanya petilasan dari Raden Surya Kencana anak dari Prabu Siliwangi. 



Istirahat di Puncak Batuan

Amazing View
Total waktu yang kami habiskan untuk mendaki sekitar satu setengah jam perjalanan sampai ke puncak. Sangat tidak terasa perjalanannya dengan apa yang saya dapat lihat saat berada dibebatuan Gunung Lembu. Perjalanan yang terbilang singkat untuk dapat menikmati panorama alam dari ketinggian. Dilain waktu kayaknya harus dicoba gunung-gunung yang ada disampingnya untuk sekedar trekking lagi.

Pos Pertama Gunung Lembu
The most Epic Click

















Explore Pacitan, East Java

By argimargie   Posted at  Juli 30, 2015   Adventure No comments
Pantai Klayar
Akibat bentroknya jadwal kerja dan kuliah yang masing-masing dialami oleh kami, semula rencana eksplore kota kelahiran mantan Presiden SBY yang dijadwalkan pertengahan Februari diundur menjadi akhir Mei. Bagusnya peserta bertambah lagi empat orang yang semuanya berasal dari kelas yang sama sedari Sekolah Menengah Kejuruan. Total 10 orang berangkat untuk melanjutkan petualangan menyusuri jalan pesisir laut selatan. Tujuan pertama seperti biasa yaitu stasiun Lempuyangan Jogjakarta, kami tiba pagi hari sesuai jadwal dan selesai sarapan lekas bergegas menuju Pacitan melalui jalur Wonosari.  

Memasuki Kota Pacitan

Pada waktu itu demam batu akik masih melanda Indonesia, dan yang saya temui ketika mulai memasuki wilayah perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur ini tidak lain adalah banyaknya pedagang batu akik. Mulai dari pedagang pinggir jalan sampai kios bahkan lumayan banyak rumah-rumah pribadi disana memasang spanduk banner bergambar batu berwarna merah, kuning dll yang khas dari alam Pacitan.
Dua malam yang kami punya untuk menyusuri kota di pesisir selatan pulau Jawa ini nampaknya tidak cukup karena lokasi masing-masing tempat wisata berjauhan satu sama lain. Jadi tidak banyak tempat yang bisa didatangi, hanya beberapa tempat saja yang kami kira jarak tempuhnya tidak terlalu memakan waktu.

Goa Gong

Goa Gong

Tujuan pertama saya dan sembilan orang teman saya, goa yang terkenal karena keindahannya merupakan yang terbaik se-Asia Tenggara. Panorama stalakmit dan stalaktit yang ditemui didalam goa ini memang luar biasa, ditambah lagi pemasangan lampu berwarna-warni yang menghiasi ruang dalam goa ini. Kira-kira sekitar 250m panjang goa ini dan menghabiskan waktu sekitar 1 jam selama saya menyusurinya. Sayangnya waktu itu sedang musim  liburan jadi pengunjung sedang membludak, suasana didalam goa pun menjadi sesak karena masing-masing pengunjung berebut oksigen selama didalam.

Goa Tabuhan

Tempat Mentas Gamelan

Kalo denger berita katanya ada goa yang bisa berbunyi gamelan, ini goa nya yaitu goa Tabuhan. Tidak jauh dari goa Gong, goa ini memiliki ciri khas ketika stalakmit atau stalaktitnya dipukul akan mengeluarkan bunyi seperti salah satu alat music yang terdapat di gamelan. Kebetulan saat saya masuk pertunjukkannya sedang dimainkan, rupanya ada seorang perempuan yang menyanyi, seorang bapak yang sedang memainkan gendang dan dua orang bapak-bapak sedang mengetuk/memukul stalakmit yang ada dilangit-langit goa sambil berdiri. Jadi dari situ saya baru tahu ternyata seperti itu bunyi gamelannya. Masuk lagi ke bagian dalam goa kami tidak bisa lagi berjalan melainkan dengan berjalan jongkok mengendap-endap di bawah. Dan bagian terdalam goa ini terdapat seperti ruangan yang kata pengurus goa ini dulunya adalah tempat bertapa seorang Kyai. Entah kenapa suasananya agak sedikit berbeda ketika kami disana, jadi saya memutuskan untuk tidak berlama-lama didalam lalu keluar goa untuk menghirup udara segar dibawah pohon beringin raksasa didepan goa Tabuhan.

Bagian Depan Goa Tabuhan



Pantai Teleng Ria

Suasana Sore di Teleng Ria

Sudah semakin sore akhirnya kami lanjut ke tempat dimana kami bisa tidur malam ini. Pantai Teleng Ria adalah pantai yang paling dekat dengan pusat kota Pacitan, jadi banyak orang yang datang kemari apalagi diakhir pekan. Tak pakai waktu lama kami langsung mendirikan tenda ditepi pantai saat kami tiba, hari sudah mulai gelap sore itu. Ehhmm sekilas belum ada yang luar biasa dari pantai ini, mungkin salah satunya karena banyaknya sampah yang mengotori area pantai saat saya dan teman-teman datang. Tapi yang paling penting kami bisa bermalam disini.


Bangun Pagi

Sungai Maron & Pantai Ngiroboyo

Diatas Perahu Nelayan


Keadaan Tepi Sungai Maron
Ini adalah salah satu paket perjalanan yang mesti dilakukan ketika berada di Pacitan. Mengarungi keindahan sisi-sisi sungai Maron dan sambil melihat kehidupan para petani didesa itu melakukan aktivitas sehari-harinya dari kapal nelayan. Lalu berenang dimuara air sungai jernih dipantai Ngiroboyo, karena jika berenang di pantainya dilarang mengingat deras ombak pantainya.

Muara Sungai Maron

Pantai Ngiroboyo

Pantai Klayar

Batuan Pantai Klayar

Saya benar-benar takjub begitu sampai di pantai Klayar. Belum pernah saya lihat batu yang sangat besar dan menyerupai Sphinx dari Mesir ada disini di Indonesia. Suara ombak pecah yang nyaring dibibir pantai juga menambah suasana yang spektakuler disana. Pantai ini terbagi dua bagian, Klayar I yangberada didekat pintu masuk dan Klayar II yang berada diujung garis pantai. Ada salah satu lagi yang unik dari Klayar, didekat bebatuan yang menyerupai Sphinx terdapat fenomena alam air memancur dari lubang kecil himpitan batu-batu karang dan saat memancur keatas dibarengi dengan suara seperti orang meniup peluit.

Diatas Pasir Klayar

Pantai Banyutibo

Pantai Banyutibo
Lanjut lagi ke tujuan akhir dari seri jalan-jalan ke Pacitan. Kami menuju pantai Banyutibo yang terkenal akan air terjunnya yang berair tawar dan jatuh dibibir pantai dimana langsung bertemu air laut. Saat kami kesana terlihat jelas kalau pantai ini masih belum terlalu lama dibuka, karena ada banyak bangunan setengah jadi dibagian atas pantai Banyutibo. Setelah kami berdiskusi dengan pengurus pantai setempat kami diberikan spot mendirikan tenda yang cukup menantang buat saya, ditepi tebing yang dibawahnya langsung terlihat jelas laut. Dari situ jika saya melihat laut yang ada didepan dengan jarak sekitar 500m terdapat seperti lubang didalam air, setiap ombak yang datang selalu terlihat ada air yang masuk kelubang itu. Karena ditepi tebing itu tidak ada pengunjung lain selain kami dan seorang bapak pengurus pantai yang sedang membangun kamar mandi. Pantai ini justru malah semakin mengeluarkan suasana atau semacam sensanyinya sore itu. Hening dan tenang, hanya suara angin dan ombak dari bawah yang terdengar bergemuruh dari tempat saya beristirahat. Oiya sekitar dua ratus meter dari Banyutibo terdapat satu pantai lagi yang bernama pantai Pekijingan, begitu namanya kata bapak yang sedang membangun toilet baru didekat tempat ngecamp kami. Diantara dua pantai ini terdapat jalan selebar 1,5m yang menghubungkan keduanya. Dan pada titik tertinggi jalannya saya jadikan tempat ngobrol dengan tiga orang teman saya pada malam itu, semenjak itulah titik di pantai Banyutibo ini jadi spot favorit saya kalo saja saya datang lagi kesini.

Spot Ngecamp


Pantai Nglambor

Pantai Nglambor
Perjalanan pulang kami berbeda dengan saat berangkat menuju Pacitan, ternyata ada jalan yang lebih dekat ke pesisir pantai. Setelah menembus perbatasan Jatim-Jateng munculah plang nama pantai Wediombo, tapi kami lanjut terus dan teman-teman ternyata lebih memilih mampir lagi sebentar ke pantai Nglambor yang menurut bayangan kami masih sepi seperti tujuh bulan lalu saat terakhir kesini. Begitu tiba semuanya sudah berubah begitu cepatnya, jalan sudah diperbaiki, ada beberapa rumah baru dibagian atas pantai, dan juga suara petugas pengelola yang keluar nyaring dari speaker sedang memberi instruksi untuk pengunjung yang akan melakukan snorkeling. Tidak lama disini kemudian kami memilih pantai Kukup untuk makan siang sebelum menuju stasiun untuk balik ke Jakarta.

Mini Grand Canyon Bogor, Leuwi Liyet

By argimargie   Posted at  Juli 22, 2015   Adventure No comments

Ngalong kali ini ngga terlalu jauh dari Jakarta, setelah nyari-nyari info lewat internet dan lewat informasi temen secara dadakan. Akhirnya saya mengajak teman-teman yang memang siap berangkat secara dadakan ini ke mini grand canyon Leuwi Liyet yang ada daerah Sentul. Beningnya air disana yang bikin nafsu saya buat nyeburrrr tergugah,,,,seehh. Gak nyangka gak taunya malah ada sepuluh orang yang mau ikut, padahal ngajakinnya jam dua malem terus jalan startnya abis subuh. Sambil menunggu waktunya berangkat langsung aja mereka menyiapkan motor buat diparkir didepan tongkrongan, yang paling ribet yaa rombongan 3 motor vespa yang kudu dotak-atik ini itu dulu biar gak sering mati dijalan. Selesai subuh langsung lah kita mutusin jadi berangkat, mana keadaan belum pada tidur sebagian..emang dasarnya pada *koplaaaaak . Rutenya dibikin berbeda kalo buat jalan sekarang, yang biasanya ke leuwinanggung kaya biasanya kalo ke puncak. Sekarang kita lewat daerah Jonggol yang saya sendiri belum pernah lewat sana seumur hidup. Alhasil di tengah perjalanan banyak kagetnya karena hampir 70% lewat jalur ini jalannya pada rusak. Target 2 jam udah sampe lokasi pun akhirnya ketunda sampe 3 jam lebih, ditambah lagi banyak razia polisi disepanjang jalan.


Sampe didepan jungle yang terkenal itu hati rasanya udah seneng bener, sadar kalo paling tinggal beberpa kilo udah sampe tujuan. Ehh sialnya karena perkara gak taunya lagi (dadakan) dan kondisi abis hujan lagi-lagi kami kembali bertemu dengan jalan yang rusak, malah ada banyak titik bisa dibilang parah kondisinya ditambah juga sama ada satu jembatan yang keadaannya rusak. Sampe-sampe dari dua arah harus bergantian kendaraan yang mau lewat. Sedikit lagi sampe tujuan kita sempet berhenti buat istirahat sambil cek lagi kondisi motor takut ada yang kenapa-kenapa setelah lewat jalan tadi, sisanya seperti biasa pada jepret-jepret kameranya sambil ngomong "eh fotoin gue dulu dongg".

Selepas itu jalan yang biasa ditemuin seperti jalan yang berliku, naik turun kita lewatin dengan cepat karena cuaca udah mulai mendung. Singkat cerita akhirnya sampai juga di Desa Karang Tengah tempat destinasi kali ini. Di gapura depan tempat masuk ada dua orang bapak-bapak yang memberikan tiket masuk sambil meminta biaya retribusi sebesar Rp 2000,-//motor, biaya yang cukup murah yaa buat kantong. Parkir motor sebentar trus lanjut hiking menuju lokasi, nah ternyata disini ada 3 tempat wisata yaitu leuwi hejo paling bawah, curug barong tengah dan yang paling atas leuwi liyet. Sesuai tujuan awal kita tetep milih leuwi liyet, karena kalo diliat kelihatannya treknya lumayan sulit apalagi keadaaannya becek begini. Sampai disini malah mereka yang tadinya pake sepatu mau gak mau harus melepas sepatunya buat milih berjalan nyeker sambil nentengin sepatu.


Lewatin plang yang bacaannya leuwi liyet arah kanan, sampe juga di mini grand canyon nya Bogor ini. Tapi sayang sekali air biru kehijau2an yang bersih itu sudah berubah menjadi keruh lantaran hujan yang mengguyur daerah Karang Tengah ini berhari-hari lalu...*nyiyiiiiirrrrrrr. Yaa mau gimana lagi yang begini itu tetep harus dinikmatin, lanjut lepas celana dan beresin barang-barang dilanjut langsung nyemplung ke airnya. Rasa dinginnya langsung bikin seger badan yang tadi gerah selama diperjalanan. Disana juga ada satu rombongan dari jakarta yang lebih dulu sampe dan ngasih tau ke kita kalo dibalik bebatuan tempat saya dan temen-temen berendam ada satu curug lagi. Tapi buat menuju kesana harus menaiki bukit kecil yang ada disamping sisi aliran leuwi ini. Sekitar lima menit lewat bukit kecil ini ternyata baru tahu kalo ini yang dibilang leuwi liyetnya. Aliran air dari muara yang diapit dua bebatuan besar yang membuatnya enak dipandang "tapi kalo keadaannya bening". Lumayan lama kita menghabiskan waktu disini apalgi lompat dari batu kali yang gede-gede itu.

     
Dibilang puas ya belum, lain kali rasanya kudu balik lagi kesini buat ngerasain jernih airnya. Sekedar buat catatan buat yang mau kemari, jangan kesini di waktu musim hujan karena sangat menyedihkan dari mulai kondisi jalan dan air keruhnya yang turun dari muara leuwi ini. Juga lebih baik mengendarai sepeda motor dibanding mobil, banyak mobil yang bannya terpelintir di area parkir soalnya masih tanah merah area parkirnya.


Detail Lokasi : Leuwi Liyet, Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat





Kord & Terjemahan Lagu Oasis - Wonderwall

By argimargie   Posted at  Juli 21, 2015   Music No comments

Inilah salah satu band & lagu favorit sepanjang masa buat temen maen gitar. Saking kerennya nih lagu sampe banyak banget  yang mengupas makna wonderwall nya Noel Gallagher ini di blog atau web pribadi mereka. Tapi kalo dari pernyataan penciptanya sendiri, lagu ini diambil dari khayalannya soal adanya seorang temen khayalan yang suatu saat bakal dateng dan menyelamatkan dia. Namanya musisi biasanya ngga cuma menghayal kalo lagi ciptain lagu, biasanya bisa juga dari pengalaman hidup aslinya. Nah kalo seandainya ini asli, yang jadi pertanyaan saya wonderwall-nya itu seorang yang nyata atau seorang ghoib? *analisisngaco . Video klipnya juga berlatar belakang hitam putih, pas sama lirik lagunya ditambah suara vokalnya Liam yang bikin lagu ini jadi paling hit dari Oasis di Amerika.

Intro: Em G D A7 Em G D A7

Verse 1:

Em G
Today is gonna be the day
Ini adalah harinya
D A7
That they're gonna throw it back to you
Saat mereka kan melemparkannya kembali padamu
Em G
By now you should've somehow
Saat ini harusnya kau sudah
D A7
Realized what you gotta do
Sadari apa yang harus kau lakukan
Em G D A7
I don't believe that anybody feels the way I do
Aku tak percaya ada orang lain yang merasakan seperti yang kurasa 
C D A7 A7
About you now
terhadapmu saat ini

Verse 2:
Em G
Back beat, the word was on the street
Alunan irama, sudah tersebar luas
D A7
That the fire in your heart is out
Bahwa bara di hatimu telah padam
Em G
I'm sure you've heard it all before
Aku yakin kau tlah mendengarnya 
D A7
But you never really had a doubt
Tapi kau tak pernah benar-benar ragu
Em G D A7
I don't believe that anybody feels the way I do
Aku tak percaya ada orang lain yang merasakan seperti yang kurasa
Em G D A7 A7
About you now
terhadapmu saat ini

Bridge:
C D Em Em
And all the roads we have to walk are winding
Dan semua jalan yang harus kita lalui memang berliku
C D Em Em
And all the lights that lead us there are blinding
Dan semua lampu yang memandu kita ke sana memang membutakan
C D G E
There are many things that I would like to say to you
Banyak hal yang ingin kukatakan padamu
A7 A7
But I don't know how
Tapi aku tak tahu caranya

Chorus:
C Em G
Because maybe
Karena mungkin saja
Em C Em G
You're gonna be the one that saves me
Kau kan jadi penyelamatku
Em C Em G
And after all
Dan bagaimanapun
Em C Em G Em A7 A7
You're my wonderwall
Kau adalah wonderwall-ku (orang yang selalu terpikir olehku)

Verse 3:
Em G
Today was gonna be the day
Ini adalah harinya
D A7
That they're gonna throw it back to you
Saat mereka kan melemparkannya kembali padamu
Em G
By now you should've somehow
Saat ini harusnya kau sudah
D A7
Realized what you gotta do
Sadari apa yang harus kau lakukan
Em G D A7
I don't believe that anybody feels the way I do
Aku tak percaya ada orang lain yang merasakan seperti yang kurasa 
C D A7 A7
About you now
terhadapmu saat ini

Bridge 2:
C D Em Em
And all the roads we have to walk are winding
Dan semua jalan yang harus kita lalui memang berliku
C D Em Em
And all the lights that lead us there are blinding
Dan semua lampu yang memandu kita ke sana memang membutakan
C D G E
There are many things that I would like to say to you
Banyak hal yang ingin kukatakan padamu
A7 A7
But I don't know how
Tapi aku tak tahu caranya

Chorus 2:
C Em G
Because maybe
Karena mungkin saja
Em C Em G
You're gonna be the one that saves me
Kau kan jadi penyelamatku
Em C Em G
And after all
Dan bagaimanapun
Em C Em G Em A7 A7
You're my wonderwall
Kau adalah wonderwall-ku (orang yang selalu terpikir olehku)

Chorus 3:
C Em G
Because maybe
Karena mungkin saja
Em C Em G
You're gonna be the one that saves me
Kau kan jadi penyelamatku
Em C Em G
And after all
Dan bagaimanapun
Em C Em G Em A7 A7
You're my wonderwall
Kau adalah wonderwall-ku (orang yang selalu terpikir olehku)

Outro :
C Em G
I said maybe
Karena mungkin saja
Em C Em G
You're gonna be the one that saves me
Kau kan jadi penyelamatku
Em C Em G
You're gonna be the one that saves me
Kau kan jadi penyelamatku
Em C Em G Em Em
You're gonna be the one that saves me
Kau kan jadi penyelamatku

C Em G Em C Em G Em

Eksplorasi 21 Pantai Gunung Kidul Handayani

By argimargie   Posted at  Juni 24, 2015   Adventure No comments
Salah Satu Titik Terbaik di Ngobaran untuk Melihat Cakrawala
Ini adalah rangkaian perjalanan yang dibilang cukup melelahkan tapi terbayar tuntas oleh keindahan yang didapat dari alam di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dimana saya dan lima orang teman memiliki rencana menaklukan 21 pantai yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul dalam waktu dua hari. Yang mana disini adalah kawasan geopark yang terkenal dengan sebutan Gunung Sewu Geopark yang kabarnya sudah diakui secara global oleh UNESCO. Singkat cerita, setibanya di Stasiun Lempuyangan pagi hari dilanjutkan sarapan di seberang stasiun, tiga motor matic sewaan yang sudah direncanakan oleh salah satu teman datang. Transaksi tukar kunci dan stnk dengan kartu mahasiswa sampe kartu tanda penduduk kami pun terjadi, disini saya baru tau ternyata salah satu rental ini bagus juga cara kerjanya disamping harga sewa motornya yang murah.

Pantai Ngobaran
Serasa di Bali

Pantai Ngobaran
Waktu itu sekitar jam 10.00 pagi setelah mengisi bahan bakar, kami mulai menarik gas motor matic sewaan kami menuju tujuan pertama yaitu pantai Ngobaran. Dua jam perjalanan yang harus ditempuh saat kami sadari telah sampai di pintu masuk tujuan yang pertama ini. Begitu masuk pantai ini rasanya seperti berada disalah satu pantai di pulau Bali karena ukiran-ukiran batu dan ada beberapa Pura yang menurut saya belum lama dibangun. Pantai ini memiliki area berpasir putih namun tidak luas yang berada dibawah bebatuan keras ini. Dan disebelah kanan Pantai Ngoobaran terdapat satu pantai yang bernama pantai Nguyahan, kami harus berjalan kaki sekitar 200m kedataran yang lebih rendah untuk mencapai kesana.

Pantai Ngrenehan

Perjalanan

Pantai Ngrenehan
Perjalanan dilanjutkan dengan tujuan pantai yang ketiga, pantainya para nelayan yaitu Pantai Ngrenehan. Jarak dari Ngobaran-Ngrenehan tidak begitu jauh, hanya memakan waktu 15 menit. Karena namanya yang terkenal pantai nelayan, dibagian depan saat kami akan memarkirkan motor terdapat pasar yang menjual ikan-ikan segar hasil tangkapan nelayan. Inilah pantai yang membuat kami segar kembali karena kami bisa berenang disini, wilayahnya yang hampir tertutup oleh batuan-batuan besar menjadikan pantai ini memiliki arus air yang tenang dan juga airnya jernih sekali. 


Jalan Bebatuan Menuju Pantai Baron
Main Bola di Pantai Baron
Pantai Kukup
Menjelang sore kita lanjut tancap gas ke tujuan berikutnya, pantai yang sudah jadi trademarknya Gunung Kidul yang terkenal itu pantai Baron. Disini kami sempatkan bermain bola dengan menggunakan bola plastik diarea pantainya. Kemudian dilanjutkan kembali ke Pantai Kukup, dimana disana kami berencana bermalam kami dihari pertama. Keesokan paginya teman-teman saya rupanya sudah ada ditebing pantai Kukup sambil jeprat-jepret kamera disaat matahari terbit.
Sarapan pagi selesai, lanjutlah lagi perjalanan touring kami menggunakan motor berplat AB melalui jalan raya yang salah satu dari kami belum pernah lewati. Pemerintah Daerah nampaknya sangat peduli akan fasilitas infrastruktur untuk menunjang kawasan pariwisatanya, jalan-jalan yang menghubungkan daerah disini sangat mulus. Itu jadi salah satu yang saya nikmati selama motor yang saya bawa melaju. Tibalah di tujuan pertama dihari kedua yaitu pantai Sepanjang berlanjut pantai Watukodok – Drini – Slili – Sadranan. Lalu salah satu yang pantai yang juga terkenal pantai Krakal, ada satu momen yang tak bisa dilupakan di Krakal saat saya melihat pisang berwarna kuning matang yang dipajang diwarung buah dekat pintu masuk. Entah kenapa saya bernafsu sekali membelinya dan tawar menawar sudah terjadi dengan saya mengeluarkan Rp 15.000,- untuk satu tandan pisang itu. Dan begitu kami lanjut lagi ke pantai berikutnya sambil melambatkan laju motor, sambil memakan pisang yang barusan dibeli ternyata pisangnya masih mentah. Sungguh terlalu saya tertipu oleh penampilan mulus sebuah pisang.

Pantai Slili

Pantai Drini
Pantai Ngandong
Pantai selanjutnya adalah pantai Ngandong – Sundak – Somandeng – Indrayanti. Karena banyaknya tujuan yang harus kami capai, saat tiba ditujuan kami hanya sebentar mengelilingi wilayah pantai itu dan take moment lalu pergi lagi. Sehingga banyak yang terlupa mendeskripsikan dengan detail pantai yang saya datangi satu persatu. Tapi untuk Indrayanti, pantai ini adalah yang paling ramai dikunjungi wisatawan. Akses menuju kesini sudah terjadi kemacetan sampai 1-2 kilometer pada saat itu. Pantai ini juga memiliki garis pantai paling panjang diantara pantai-pantai yang ada disekitar Gunung Kidul juga batuan-batuan karang besar yang ada dikanan setelah pintu masuk. Belum selesai, kami berangkat lagi ke pantai berikutnya yang dimana menjadi tempat bermalam dihari kedua. Pantai yang terkenal karena pohon durasnya itu, yaa Poktunggal. Menurut cerita masyarakat, dulunya ada seorang kakek yang bernama ‘Mbah Pok’ yang tinggal seorang diri diwilayah pantai. Sehari-harinya ia bertani dan menggembalakan sapi disana, ketika Mbah Pok pergi mengurus sawahnya dia selalu mengikatkan ikatan sapi di pohon duras itu. Kurang lebih itu yang menjadi asal-usul nama Poktunggal yang saya dapat dari hasil obrolan dengan Ibu dan Bapak (saya lupa namanya) yang punya warung dekat parkir kendaraan. Saat kami membuat api unggun didepan tenda kami bertemu dengan dua orang pemuda yang ingin meminjam senter, sambil berkenalan ternyata dua orang ini dari Bandung yang datang kesini dengan menggunakan motor vespa. Malam itu dia bahkan cerita bakal ke Lombok dengan membawa vespa dua bulan lagi katanya, gilaaa..... ini kayaknya yang dibilang adventurer. 

Bebatuan di Pantai Indrayanti

Sunset di Poktunggal

Pantai Seruni 
Keesokan paginya kami berencana ke pantai Jogan, tapi ditengah jalan kami menemui plang kecil dari papan bertuliskan pantai Seruni yang dituliskan oleh cat seadanya. Trus terlihat jalannya pun masih turunan curam ditambah bebatuan  yang terlihat tidak cukup layak untuk dilewati sepeda motor. Namun kami malah memutuskan untuk turun melihat sebentar seperti apa pantainya, well ternyata pantai ini masih perawan. Luar biasa nikmatnya saat saya tahu tidak ada seorangpun kecuali kami yang datang ke pantai saat itu. Seakan ini milik pribadi saya, semuanya masih terlihat alami dan bentuk pantainya termasuk salah satu yang unik dari Gunung Kidul.

Pantai Jogan

Pantai Nglambor

Pantai Siung
Waktu yang tak terasa karena mulai memasuki siang hari sedangkan kereta kami untuk pulang terjadwal sore hari. Kami menuju pantai Jogan yang memakan waktu sekitar setengah jam untuk kesana. Lalu ada pantai yang baru dibuka, pantai Nglambor. Akses masuk pantai ini juga bisa dibilang sebelas duabelas dengan Seruni tapi pantainya super exotic dengan banyaknya burung camar yang terbang mengelilingi sebuah pulau kecil diseberang pantai. Ditambah arus ombak yang tenang karena sudah dulu pecah oleh batuan karang diantara pantai dan pulau kecil, saya membayangkan snorkeling disana dan suasana pun sepi tidak ada orang. Sayangnya kami bermasalah dengan waktu akhirnya kami putuskan untuk meninggalkan Nglambor menuju Siung. Seharusnya ada satu lagi pantai Wediombo, yang membutuhkan waktu setengah jam lagi dari Siung tapi kami gagal karena waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 sedangkan kereta jam 04.00. Jadi dari target 21 pantai dalam waktu dua hari disana gagal dipenuhi dengan kami hanya mampu meraup 20 pantai. Walaupun ngga tercapai tapi Alhamdulillah semua pulang dengan selamat sampai tujuan.







Connected

© 2009-2023 In My Weird Brain. WP Mythemeshop converted by Bloggertheme9.
Powered by Blogger.
back to top