Explore Pacitan, East Java

By argimargie   Posted at  Juli 30, 2015   Adventure No comments
Pantai Klayar
Akibat bentroknya jadwal kerja dan kuliah yang masing-masing dialami oleh kami, semula rencana eksplore kota kelahiran mantan Presiden SBY yang dijadwalkan pertengahan Februari diundur menjadi akhir Mei. Bagusnya peserta bertambah lagi empat orang yang semuanya berasal dari kelas yang sama sedari Sekolah Menengah Kejuruan. Total 10 orang berangkat untuk melanjutkan petualangan menyusuri jalan pesisir laut selatan. Tujuan pertama seperti biasa yaitu stasiun Lempuyangan Jogjakarta, kami tiba pagi hari sesuai jadwal dan selesai sarapan lekas bergegas menuju Pacitan melalui jalur Wonosari.  

Memasuki Kota Pacitan

Pada waktu itu demam batu akik masih melanda Indonesia, dan yang saya temui ketika mulai memasuki wilayah perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur ini tidak lain adalah banyaknya pedagang batu akik. Mulai dari pedagang pinggir jalan sampai kios bahkan lumayan banyak rumah-rumah pribadi disana memasang spanduk banner bergambar batu berwarna merah, kuning dll yang khas dari alam Pacitan.
Dua malam yang kami punya untuk menyusuri kota di pesisir selatan pulau Jawa ini nampaknya tidak cukup karena lokasi masing-masing tempat wisata berjauhan satu sama lain. Jadi tidak banyak tempat yang bisa didatangi, hanya beberapa tempat saja yang kami kira jarak tempuhnya tidak terlalu memakan waktu.

Goa Gong

Goa Gong

Tujuan pertama saya dan sembilan orang teman saya, goa yang terkenal karena keindahannya merupakan yang terbaik se-Asia Tenggara. Panorama stalakmit dan stalaktit yang ditemui didalam goa ini memang luar biasa, ditambah lagi pemasangan lampu berwarna-warni yang menghiasi ruang dalam goa ini. Kira-kira sekitar 250m panjang goa ini dan menghabiskan waktu sekitar 1 jam selama saya menyusurinya. Sayangnya waktu itu sedang musim  liburan jadi pengunjung sedang membludak, suasana didalam goa pun menjadi sesak karena masing-masing pengunjung berebut oksigen selama didalam.

Goa Tabuhan

Tempat Mentas Gamelan

Kalo denger berita katanya ada goa yang bisa berbunyi gamelan, ini goa nya yaitu goa Tabuhan. Tidak jauh dari goa Gong, goa ini memiliki ciri khas ketika stalakmit atau stalaktitnya dipukul akan mengeluarkan bunyi seperti salah satu alat music yang terdapat di gamelan. Kebetulan saat saya masuk pertunjukkannya sedang dimainkan, rupanya ada seorang perempuan yang menyanyi, seorang bapak yang sedang memainkan gendang dan dua orang bapak-bapak sedang mengetuk/memukul stalakmit yang ada dilangit-langit goa sambil berdiri. Jadi dari situ saya baru tahu ternyata seperti itu bunyi gamelannya. Masuk lagi ke bagian dalam goa kami tidak bisa lagi berjalan melainkan dengan berjalan jongkok mengendap-endap di bawah. Dan bagian terdalam goa ini terdapat seperti ruangan yang kata pengurus goa ini dulunya adalah tempat bertapa seorang Kyai. Entah kenapa suasananya agak sedikit berbeda ketika kami disana, jadi saya memutuskan untuk tidak berlama-lama didalam lalu keluar goa untuk menghirup udara segar dibawah pohon beringin raksasa didepan goa Tabuhan.

Bagian Depan Goa Tabuhan



Pantai Teleng Ria

Suasana Sore di Teleng Ria

Sudah semakin sore akhirnya kami lanjut ke tempat dimana kami bisa tidur malam ini. Pantai Teleng Ria adalah pantai yang paling dekat dengan pusat kota Pacitan, jadi banyak orang yang datang kemari apalagi diakhir pekan. Tak pakai waktu lama kami langsung mendirikan tenda ditepi pantai saat kami tiba, hari sudah mulai gelap sore itu. Ehhmm sekilas belum ada yang luar biasa dari pantai ini, mungkin salah satunya karena banyaknya sampah yang mengotori area pantai saat saya dan teman-teman datang. Tapi yang paling penting kami bisa bermalam disini.


Bangun Pagi

Sungai Maron & Pantai Ngiroboyo

Diatas Perahu Nelayan


Keadaan Tepi Sungai Maron
Ini adalah salah satu paket perjalanan yang mesti dilakukan ketika berada di Pacitan. Mengarungi keindahan sisi-sisi sungai Maron dan sambil melihat kehidupan para petani didesa itu melakukan aktivitas sehari-harinya dari kapal nelayan. Lalu berenang dimuara air sungai jernih dipantai Ngiroboyo, karena jika berenang di pantainya dilarang mengingat deras ombak pantainya.

Muara Sungai Maron

Pantai Ngiroboyo

Pantai Klayar

Batuan Pantai Klayar

Saya benar-benar takjub begitu sampai di pantai Klayar. Belum pernah saya lihat batu yang sangat besar dan menyerupai Sphinx dari Mesir ada disini di Indonesia. Suara ombak pecah yang nyaring dibibir pantai juga menambah suasana yang spektakuler disana. Pantai ini terbagi dua bagian, Klayar I yangberada didekat pintu masuk dan Klayar II yang berada diujung garis pantai. Ada salah satu lagi yang unik dari Klayar, didekat bebatuan yang menyerupai Sphinx terdapat fenomena alam air memancur dari lubang kecil himpitan batu-batu karang dan saat memancur keatas dibarengi dengan suara seperti orang meniup peluit.

Diatas Pasir Klayar

Pantai Banyutibo

Pantai Banyutibo
Lanjut lagi ke tujuan akhir dari seri jalan-jalan ke Pacitan. Kami menuju pantai Banyutibo yang terkenal akan air terjunnya yang berair tawar dan jatuh dibibir pantai dimana langsung bertemu air laut. Saat kami kesana terlihat jelas kalau pantai ini masih belum terlalu lama dibuka, karena ada banyak bangunan setengah jadi dibagian atas pantai Banyutibo. Setelah kami berdiskusi dengan pengurus pantai setempat kami diberikan spot mendirikan tenda yang cukup menantang buat saya, ditepi tebing yang dibawahnya langsung terlihat jelas laut. Dari situ jika saya melihat laut yang ada didepan dengan jarak sekitar 500m terdapat seperti lubang didalam air, setiap ombak yang datang selalu terlihat ada air yang masuk kelubang itu. Karena ditepi tebing itu tidak ada pengunjung lain selain kami dan seorang bapak pengurus pantai yang sedang membangun kamar mandi. Pantai ini justru malah semakin mengeluarkan suasana atau semacam sensanyinya sore itu. Hening dan tenang, hanya suara angin dan ombak dari bawah yang terdengar bergemuruh dari tempat saya beristirahat. Oiya sekitar dua ratus meter dari Banyutibo terdapat satu pantai lagi yang bernama pantai Pekijingan, begitu namanya kata bapak yang sedang membangun toilet baru didekat tempat ngecamp kami. Diantara dua pantai ini terdapat jalan selebar 1,5m yang menghubungkan keduanya. Dan pada titik tertinggi jalannya saya jadikan tempat ngobrol dengan tiga orang teman saya pada malam itu, semenjak itulah titik di pantai Banyutibo ini jadi spot favorit saya kalo saja saya datang lagi kesini.

Spot Ngecamp


Pantai Nglambor

Pantai Nglambor
Perjalanan pulang kami berbeda dengan saat berangkat menuju Pacitan, ternyata ada jalan yang lebih dekat ke pesisir pantai. Setelah menembus perbatasan Jatim-Jateng munculah plang nama pantai Wediombo, tapi kami lanjut terus dan teman-teman ternyata lebih memilih mampir lagi sebentar ke pantai Nglambor yang menurut bayangan kami masih sepi seperti tujuh bulan lalu saat terakhir kesini. Begitu tiba semuanya sudah berubah begitu cepatnya, jalan sudah diperbaiki, ada beberapa rumah baru dibagian atas pantai, dan juga suara petugas pengelola yang keluar nyaring dari speaker sedang memberi instruksi untuk pengunjung yang akan melakukan snorkeling. Tidak lama disini kemudian kami memilih pantai Kukup untuk makan siang sebelum menuju stasiun untuk balik ke Jakarta.

About argimargie

Blog ini berisi semua hal yang terlintas dari isi kepala seadanya, lalu dituangkan dalam penulisan. In my opinion, hobi yang paling murah didunia ini adalah menulis dan membaca. Terima kasih udah mampir dan semoga bermanfaat....
View all posts by: argimargie

0 komentar:

Connected

© 2009-2023 In My Weird Brain. WP Mythemeshop converted by Bloggertheme9.
Powered by Blogger.
back to top